In2015/1 Kaum Baptis


In2015/1 Belajar Dari Kaum Baptis
Versi Cetakan PDF

Apa artinya menjadi Baptis? Apa yang dapat kita pelajari dari kaum Baptis? Ini adalah pertanyaan yang relevan dengan kita semua, baik karena kita mengklaim diri kita adalah Baptis, atau kita ingin tahu sesuatu tentang mereka dan, jika mungkin, untuk belajar dari mereka. Tidak ada keraguan bahwa Baptis adalah denominasi utama yang telah ada untuk waktu yang lama – bahkan lebih lama daripada Metodis, Plymouth Brethren, yang Pentakosta, Gereja Injili Bebas, dan banyak denominasi lain yang dikenali kita hari ini. Tentu saja, panjang silsilah tidak menjamin integritas doktrinal, dan kita akan lebih suka untuk mempunyai doktrin dan praktis betul daripada bangga menjadi denominasi tua.

Tujuan kami di sini adalah untuk menemukan apa artinya menjadi Baptis dan apa yang dapat kita pelajari dari mereka. Memang, bagi individu yang tidak selaras dengan denominasi bersejarah, ada kemungkinan bahwa mereka ingin secara rela bergabung dengan kaum Baptis. Dan untuk gereja-gereja baru, terutama yang otonom, ada kemungkinan bahwa mereka ingin mengakui diri sebagai Baptis. Seperti yang akan kita temukan, bukan silsilah sejarah yang menentukan apakah seseorang Baptis, tetapi identifikasi secara rela, disertai dengan keselarasan doktrinal dan praktis, dengan gerakan itu.

Penekanan kami akan pada golongan Baptis Khusus, yang saat ini dikenal sebagai Baptis Reform. Karena mereka mempunyai karakteristik yang sama dan sampai batas tertentu, sejarah yang sama, dengan kelompok besar lainnya yang dikenali sebagai Baptis Umum, apa-apa yang dikatakan di sini adalah pada sebagian besarnya sama untuk kedua-duanya. Perbedaan di antara mereka akan dijelaskan sambil kita melanjutkan.

Siapa kaum Baptis?
Tiga pandangan mengenai asal Baptis telah dikemukakan: pengwarisian, Anabaptisme, dan pemisahan Puritan.1 Pandangan pertama mencoba untuk melacak kaum Baptis sampai ke Yohanes Pembaptis dalam Perjanjian Baru, tetapi tidak memiliki data sejarah yang meyakinkan untuk mendukungnya. Pandangan kedua mengakarkan asal Baptis dalam gerakan Anabaptis di Eropa waktu Reformasi abad ke-16. Kaum Baptis, bagaimanapun, menjauhkan diri dari Anabaptis ketika dua kelompok itu salah diidentifikasi bersama-sama oleh lawan-lawan mereka di Inggris pada abad ke-17. Sebaliknya, kaum Baptis sengaja mengidentifikasi diri dengan Pemisah Puritan, dan akhirnya dikompilasi Pengakuan-pengakuan Iman mereka untuk menunjukkan identifikasi itu. Selanjutnya, kaum Baptis membaptis dengan perendaman sementara Anabaptis membaptis dengan cara curah (yaitu menuangkan air).
 
Dari dua kelompok Baptis pada abad ketujuh belas, Baptis Khusus yang menghasilkan Pengakuan Iman kedua mereka dengan mengadopsi dan mengadaptasi Pengakuan Iman Westminster kaum Presbiterian serta Platform Politi Gereja dari kaum Kongregasionalis. Seperti dengan Pengakuan Iman 1689 kaum Baptis, Deklarasi Iman dan Tata Tertib Savoy kaum Kongregasionalis dalam banyak hal identik dengan Pengakuan Iman Westminster. Pandangan tersendiri pada tata tertib gereja kaum Kongregasionalis, yang ditetapkan dalam Platform Tata Tertib Gereja, diadopsi oleh kaum Baptis Khusus dengan perubahan kecil. Tidak sekadar menganggap tata tertib gereja sebagai lampiran ke Pengakuan Iman, itu dimasukkan sebagai satu bab Pengakuan tersebut. (Kaum Baptis Umum mengembangkan Pengakuan-pengakuan Iman secara paralel dengan yang dipunyai Baptis Khusus.2)

Baptis Umum dipanggil begitu karena keyakinan mereka dalam penebusan umum, sesuai dengan soteriologi Arminian mereka. Awal mereka dapat ditelusuri ke Thomas Helwys (c. 1575-1616), yang mendirikan gereja Baptis pertama di Inggris pada 1612, setelah melepaskan diri dari jemaat separatis (pemisah) Inggris John Smyth (c. 1570-1612) di Amsterdam.3 Antara dua kelompok itu, Baptis Umum tampaknya memiliki lebih banyak interaksi dengan Anabaptis – baik di Belanda maupun yang menetap di Inggris. Mereka mempunyai soteriologi Arminian yang sama dan praktek penumpangan tangan pada saat pembaptisan. Baptis khusus, di sisi lain, mendapat nama mereka dari keyakinan dalam doktrin penebusan tertentu, konsisten dengan Calvinisme yang mereka miliki bersama dengan gereja-gereja Reform dan Puritan masa itu. Asal sejarah mereka dapat ditelusuri ke gereja semi-separatis yang didirikan pada tahun 1616 oleh Henry Jacob (1563-1624), yang kemudian dikenal sebagai Gereja Jacob-Lathrop-Jessey (JLJ), berasas gembala-gembalanya yang berturut.4 Jemaat-jemaat Baptis Khusus berevolusi dari Gereja JLJ antara 1633 dan 1638, sambil terus memiliki hubungan dengan berbagai jemaat-jemaat Independen.5

Kedua Baptis Khusus dan Baptis Umum diwakili di gereja-gereja baru yang didirikan pada pembukaan Amerika sejak pendaratan para Bapa Pilgrim di New Plymouth pada tahun 1620. Di Inggris, kedua-dua kelompok itu tetap berbeda satu sama lain di seluruh sejarah mereka. Di Amerika, terdapat sedikit penggabungan bersama antara kedua-duanya meskipun, pada hari ini, Baptis Reform berbeda dari Baptis Umum dengan kepatuhan mereka pada soteriologi Calvinis dan teologi perjanjian. Saat gereja Baptis ditanam di seluruh dunia, perbedaan antara dua kelompok itu jarang dibuat jelas sampailah kebangkitan minat dalam teologi Reform sejak 1960-an.

Karakteristik
Ketika Baptis muncul di Inggris, gereja-gereja yang dominan di negara itu adalah Gereja Inggris, Gereja Presbiterian di Skotlandia, dan Independen Non-Konformis yang kemudiannya dikenali sebagai Kongregasionalis. Bersama-sama, mereka menentang sekte Quaker (Penggempa), Seeker (Pencari), dan Ranter (Pembual). Mengesampingkan sekte yang bermasalah kepada semua denominasi, bagaimanakah kaum Baptis dibedakan dari kelompok utama lainnya? Bagaimanakah Baptis hari ini dibedakan dari denominasi di sekitar mereka, misalnya Metodis, Pentakosta, Plymouth Brethren, dan Gereja Injili Bebas? Ada tujuh karakteristik yang menandai Baptis dari denominasi lain.

Keagungan Kitab Suci
Baptis abad ke-17 berpegang serius pada prinsip “sola scriptura” yang terpulih waktu Reformasi abad sebelumnya. Mereka memandang diri sebagai melanjutkan pekerjaan reformasi gereja, yang mereka anggap sebagai tidak lengkap dan telah mengalami stagnasi. Contoh ini terlihat dalam praktek pemercikan bayi dalam denominasi lain yang dianggap sebagai sisa dari inovasi manusia dari Gereja Katolik Roma. Alkitab Protestan terdiri dari 39 kitab Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani awalnya, dan 27 kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani awalnya. (Alkitab Katolik Roma memiliki buku-buku tambahan Apokrifa, yang ditolak oleh orang Protestan.) Buku-buku Alkitab ini secara langsung terinspirasi oleh Tuhan dan “dipelihara murni menjelang zaman berikutnya dengan perawatan dan pemeliharaan luarbiasa-Nya”, sehingga pengajaran yang dimaksudkan untuk kita tetap terpercaya meskipun kesalahan menyalin. Disiplin pengayakan kritikus tekstual telah mengungkapkan hanya sekitar 60 kata dalam seluruh Alkitab yang kita tidak pasti. Tak satu pun dari ini mempengaruhi makna dari mana-mana bagian penting, atau pemahaman kita tentang doktrin atau aturan Alkitab.6 Pandangan Kitab Suci ini telah digambarkan sebagai “inspirasi verbal dan pleno Kitab Suci” (VPI). Karena itu, kami mempertahankan bahwa Kitab Suci sepenuhnya faktual, akurat dan benar. Begitu tinggi penghargaan kaum Baptis terhadap Kitab Suci sehingga John Quincy Adams, seorang pendeta Baptis Amerika abad ke-19, memasukkan “pembentukan prinsip terjemahan Alkitab yang benar” sebagai salah satu ciri khas mereka.7

Dari awal abad ke-20, kaum injili mulai bergeser dari pandangan Kitab Suci yang tinggi ini. Mereka mempertahankan bahwa Alkitab adalah otoritatif tetapi tidak sempurna, mungkin bersalah, dan tidak cukup. Itu hanya satu langkah menjauh dari posisi modernis yang mengklaim bahwa Alkitab mengandung kesalahan dan kontradiksi dan, karena itu, tidak bisa diandalkan. Dalam reaksi terhadap pergeseran dari pandangan tinggi Alkitab, ada orang yang membela keandalan Kitab Suci dengan megemukakan pelestarian ajaib pada salinan-salinan, bukan pelestarian pemeliharaan pada mereka. Hal ini dilanjutkan dengan hujah bahwa salinan-salinan itu memuncak dengan terjemahan Versi King James tahun 1611. Pandangan transmisi Kitab Suci ini telah disebut “pelestarian verbal dan pleno Kitab Suci” (VPP) yang, pada dasarnya, mengklaim bahwa Alkitab Versi King James adalah Alkitab yang sempurna. Mereka yang berpegang pada pandangan ini akan menjadikan versi Alkitab yang digunakan kriteria untuk persekutuan. Pandangan VPI menyatakan bahwa ajaran Alkitab telah dipelihara dengan sempurna, sedangkan pandangan VPP menyatakan bahwa perkakas yang digunakan dalam menyampaikan pengajaran telah dipeliharakan dengan sempurna. Masing-masing mempunyai pengertian bebeda tentang kata-kata Tuhan kita dalam Mat. 5:18, “Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat.” Pandangan VPI menyatakan bahwa versi yang baik dari Alkitab harus digunakan dan pandangan VPP menyatakan bahwa hanya Versi King James yang harus digunakan. Orang-orang Baptis Reform umumnya berpegang pada posisi VPI sementara menghormati Versi King James lebih dari versi lain.

Jemaat terkumpul
Baptis menganggap gereja Yesus Kristus sebagai organisasi semata-mata spiritual yang terpisah dan berbeda dari dunia. Berdasar pada keyakinan ini, mereka tidak menerima siapapun untuk baptisan dan keanggotaan melainkan mereka yang mengakui iman di dalam Yesus Kristus dan menunjukkan bukti yang memuaskan bahwa mereka sudah “pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (Yohanes 5:24). Hal ini sering disebut sebagai “pengakuan iman yang kredibel (mungkin dipercayai)”. Orang percaya yang dibaptis tersebut dikumpulkan menjadi jemaat melalui perjanjian sukarela bersama-sama, untuk menyembah dan melayani Tuhan dengan cara yang ditentukan dalam Alkitab. Keanggotaan dengan jemaat dibedakan dari kehadiran di sidang. Jemaat terdiri dari orang-orang percaya dan tidak percaya, sebagian dari mantan telah berjanji bersama-sama menjadi anggota jemaat. Dalam mempertahankan keanggotaan jemaat meregenerasi, kaum Baptis konsisten dengan:
(i) ajaran Kristus dalam Yohanes 18:36, “KerajaanKu bukan dari dunia ini”;
(ii) praktek para rasul yang membaptis hanya orang percaya, seperti yang terlihat dalam Perjanjian Baru, dan terutama dalam kitab Kisah Para Rasul;
(iii) deskripsi Perjanjian Baru mengenai anggota jemaat sebagai benih rohani, batu hidup, orang-orang kudus, orang-orang percaya yang tulus, dll.;
(iv) pengajaran Perjanjian Baru bahwa kita dilahirkan kembali oleh Roh Kudus, melalui firman kebenaran (Yohanes 3:7-8; Rom 10:17;. 1 Pet.1:23), bukan oleh keturunan dari orangtua dan bukan oleh upacara.

Orang-orang paedobaptis menyangkal prinsip ini dengan pemberian baptisan untuk bayi dari orang percaya dan menganggap bayi ini sebagai anggota gereja, terlepas dari apakah mereka tumbuh menjadi orang percaya atau kafir. Banyak orang paedobaptis akan mendukung pemercikan bayi dengan teologi perjanjian, dan dengan membandingkan baptisan dalam Perjanjian Baru dengan sunat dalam Perjanjian Lama. Kedua Baptis Khusus dan Baptis Umum di masa lalu telah mendukung baptisan orang percaya dari teologi perjanjian, yang dihujah secara konsisten dan bertentangan dengan kesimpulan orang paedobaptis. Yang disebut teologi perjanjian paedobaptis telah terbukti terdiri dari asumsi dan takkonsistenan pada perkara-perkara penting. Penulis paedobaptist terkemuka, termasuk John Calvin, Louis Berkhof, BB Warfield, dan John Murray, telah mengakui bahwa tidak ada perintah tersurat maupun contoh baptisan bayi dalam Alkitab tetapi mereka mempertahan praktek itu berdasarkan pemahaman mereka tentang teologi perjanjian.

Generasi berikutnya dari Baptis Umum telah meninggalkan teologi perjanjian dan menyangkal prinsip keanggotaan gereja meregenerasi baik secara sadar atau tidak sadar. Konsisten dengan soteriologi Arminian mereka, mereka berpendapat bahwa Allah tidak dapat meregenerasi seseorang kecuali dia rela, atau sampai dia memutuskan “untuk menerima Kristus”. Pandangan regenerasi rusak ini tentulah mengarah ke metode penginjilan yang rusak di mana pendengar ditekan untuk “menerima Yesus Kristus” dengan mengatakan “doa orang berdosa”, atau dengan menanggapi “panggilan altar”. Banyak pendengar seperti itu yang kemudiannya dimasukkan ke dalam keanggotaan jemaat, pada kenyataannya, belum lahir kembali. Teori “Kristen yang duniawi” kemudian diciptakan untuk menjelaskan kurangnya buah rohani dalam anggota-anggota ini.

Sifat sukarela pemuridan
Prinsip ini melibatkan kebebasan beragama dan hak-hak hati nurani. The Pengakuan Iman1689 mengatakan, “Allah sendiri adalah Tuhan hati nurani, dan telah meninggalkannya bebas dari semua doktrin dan perintah manusia yang dalam apa-apa cara bertentangan dengan firman-Nya, atau tidak terdapat di dalamnya … Membutuhkan iman implisit, ketaatan mutlak dan buta, adalah menghancurkan kebebasan hati nurani dan akal juga”(21: 2). Kebebasan beragama berbeda dari toleransi. Toleransi adalah memungkinkan sesuatu yang tidak disetujui sepenuhnya. Sebagaimana diterapkan pada agama, istilah ini pantas karena mengandaikan adanya otoritas manusia belaka yang memiliki kuasa untuk memberikan atau menahan dari manusia pelaksanaan kebebasan dalam hal agama. Pelaksanaan bebas kebebasan beragama dan hak-hak hati nurani sendirian cocok dengan tanggung jawab pribadi, yang diajarkan dalam Alkitab, dan itu sendirian cocok dengan semangat Injil (Lukas 9: 49-50; Kis 5:29).

Orang-orang Baptis selalu keras memperjuangkan untuk pengakuan prinsip ini dan telah bekerja keras untuk menyebarkannya. Mereka mungkin tidak setuju dengan apa yang disebarkan oleh orang lain, tetapi mereka akan mempertahankan hak mereka dalam menyebarkan itu. Dengan cara yang sama, mereka mengharapkan orang lain untuk menghormati hak mereka sendiri untuk menyebarkan apa yang mereka percaya, tanpa pembatasan atau intimidasi. Kebebasan dan hak-hak tersebut tidak tanpa batas. Pertama, kebebasan dan hak-hak tersebut tidak harus mengganggu kebebasan dan hak orang lain. Kedua, kebebasan dan hak-hak tersebut dilarang oleh Pencipta umat manusia yang telah menulis hukum-Nya di dalam hati kita (Rom 2:14-16). Ada nilai-nilai universal moralitas dan kesusilaan, martabat dan integritas, yang anda melanggar dengan risiko penghinaan dan kemungkinan isolasi dari sesama manusia, dan penghakiman Allah pada hari terakhir.

Baptis telah menderita lebih dari yang lain untuk menegakkan prinsip-prinsip kebebasan beragama dan hak-hak hati nurani. Bagi mereka, pemaksaan bukan pengubahan. Sebaliknya, pemuridan benar bersifat sukarela. Allah saja yang menyelamatkan, dengan pendengaran firman-Nya (Rm. 10:17). Untuk sebagian besar abad ke-17, Baptis dianiaya karena iman mereka oleh otoritas sipil dan keagamaan yang memihak orang-orang paedobaptis. Hal yang sama terjadi selama berdirinya Amerika, dan di Rusia dan Eropa Timur selama rezim komunis abad ke-20. Orang-orang lain telah berteriak-teriak untuk kebebasan dan toleransi ketika mereka tertindas, tapi segera mulai menindas orang lain setelah berkuasa. Mereka membuktikan kebenaran pepatah Milton bahwa “pendeta baru tidak lain dari imam lama secara nyata”.8 Di Inggris, para penganiaya adalah orang-orang Episkopal dan Presbiterian, di Amerika yang Kongregasionalis, dan di Rusia dan Eropa Timur Gereja Ortodoks Yunani. Orang-orang paedobaptis tidak suka orang-orang Baptis karena baptisan bayi tidak konsisten dengan prinsip sifat sukarela pemuridan dalam hal:
(i) bayi tidak diberikan pilihan dalam hal baptisan sendiri;
(ii) bayi dijadikan anggota jemaat melalui baptisan tanpa kemampuan untuk memahami perkara ini;
(iii) anak paedobaptist yang tumbuh dan, setelah pertobatan dan beriman, tidak diberi baptisan alkitabiah karena ia dianggap sudah dibaptis ketika bayi.

Baptisan orang percaya dengan selam
Baptis selalu memperjuangkan baptisan orang percaya dengan selam. Subjeknya harus orang percaya, sedangkan caranya adalah perendaman. Hal ini adalah karena:
(i) kata “baptizo” dalam bahasa Yunani sebenarnya berarti “mencelupkan, menenggelamkan, membenamkan”, dan bukan memercik (“rantizo”).
(ii) semua contoh baptisan dalam Alkitab mendukung perendaman – tidak percikan – orang percaya (Matius 3:16; Markus 1:9-10; Kisah Para Rasul 8:38-39.).
(iii) perendaman saja dengan benar mengambarkan persatuan kita dengan Kristus dalam penguburan dan kebangkitan-Nya, dan pembasuhan dosa (Rom 6:. 3-4; Kis 22:16; 1 Kor 6:11, dll.).

Telah disebutkan dalam hubungannya dengan prinsip “jemaat terkumpul” bahwa orang-orang paedobaptis telah menggunakan teologi perjanjian untuk mendukung penerimaan bayi dari orang percaya dalam keanggotaan jemaat. Baptis Khusus abad ke-17 telah ditunjukkan lebih konsisten dalam pemahaman teologi perjanjian bahwa bayi adalah tidak cocok menjadi subyek baptisan dan, karena itu, tidak cocok menjadi subyek keanggotaan jemaat. Mereka juga telah menunjukkan bahwa cara baptisan yang alkitabiah adalah perendaman, dan tidak percikan atau penuangan. Kontroversi zaman itu telah menghabiskan hampir semua argumen yang mungkin mendukung atau melawan percikan bayi. Adalah tidak wajar seorang percaya tetap netral dalam perkara ini.

Untuk pertanyaan yang sering diajukan, “Apakah modus baptisan sama sekali penting?”, kami menjawab dengan tidak teragak-agak, “Ya!” Kami tidak akan menjadikan berhala baptisan itu,  tetapi kami juga tidak ingin meringankan ajaran yang jelas dari firman Allah. Kami yakin bahwa perendaman adalah alkitabiah dan ada terdapat padanya makna spiritual yang sebegitu mendalam. Oleh karena itu, adalah menakjubkan kendengaran bahwa terdapat gereja-gereja Baptis hari ini yang bersedia untuk mengelola baptisan baik dengan perendaman atau percikan, sesuai dengan keinginan calon! Orang-orang paedobaptis umumnya mengenali banyak modus baptisan tapi biasanya melaksanakan hanya percikan. Juga mereka membaptis bayi, yang menurut orang Baptis, adalah bukan subjek yang cocok untuk baptisan. Perlu dicatat bahwa orang-orang Baptis tidak membatasi baptisan untuk orang dewasa saja tetapi untuk orang-orang percaya, yang mungkin termasuk anak-anak, meskipun umumnya anak-anak harus cukup matang untuk menunjukkan pengakuan iman yang kredibel.

Kekepalaan Kristus
Seperti doktrin lainnya, orang-orang injili akan setuju dengan kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah kepala jemaat. Adalah tingkat penekanan pada doktrin ini, dan konsistensi penerapan kebenaran ini, yang mengakibatkan perbedaan antara gereja-gereja. Orang-orang Baptis berpegang pada pandangan bahwa, sebagai kepala gereja, Yesus Kristus memenuhi jabatan nabi, imam dan raja. Pelaksanaan kerajaan Kristus mengarah ke sifat bentuk yang kongregasional atau independen, dan otonomi pemerintahannya. Hal ini juga menyebabkan keyakinan dalam pemisahan gereja dan negara.

Dalam Episcopalisme, jemaat-jemaat lokal dihubungkan bersama dalam denominasi yang ada hirarki kekuasaan gereja yang berada di tangan individu, yang mengipasi turun dari atas ke bawah. Dalam Presbyterianisme, ada juga hirarki kekuasaan gereja yang mengipasi turun dari atas, tapi bukannya berada di tangan individu, tetapi terdapat komite individu yang memegang kekuasaan. Beberapa denominasi yang baru secara sejarah melaksanakan kombinasi ini, menyebutnya Episcopalisme termodifikasi atau Presbyterianisme termodifikasi, tetapi pada dasarnya adalah berbentuk sinode, yaitu dengan struktur kekuasaan yang membentang lebih dari satu jemaat. Orang-orang Baptis telah bersikeras kemerdekaan setiap jemaat dari yang lain, meskipun ada ruang lingkup untuk jemaat-jemaat mengasosiasi secara sukarela demi saling peneguhan dan kerjasama dalam misi. Kecuali untuk situasi sementara ditemui dalam penanaman gereja, setiap jemaat adalah berkuasa diri, atau otonom, karena Kristus telah memberikan kuasa yang cukup kepada setiap jemaat untuk memerintah sendiri.

Karena Kristus adalah kepala gereja, dan setiap jemaat adalah otonom, terdapat penekanan kuat pada non-campur-tangan politik dalam kehidupan jemaat. Negara dan gereja adalah dua institusi yang berbeda diciptakan oleh Tuhan, dengan bidang otoritas mereka sendiri (Rom 13:1-7; Mat. 22:21). Keadaan kesetaraan dan kemerdekaan ini memungkinkan adanya saling penguntungan antara mereka tanpa satu mecerobohi otoritas yang lain. Secara historis, negara telah mengganggu gereja denagn undang-undang dan menuntut hak untuk menyetujui petugas yang diangkat. Orang-orang Baptis telah menderita karena melawan ini. Gereja Katolik Roma percaya, setidaknya secara teoritis, dalam perpanjangan kekuasaan gerejawi kepada negara. Secara historis, telah berusaha untuk melakukannya dan kita bisa yakin ia akan melakukannya jika pernah ada kesempatan.

Keimanan dan kenabian semua orang percaya
Yesus Kristus, sebagai kepala gereja, juga melaksanakan jabatan nabi dan imam. Dia telah mengajarkan, “Hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara (Mat 23: 8).” Orang-orang percaya, yang thelah dikumpulkan ke dalam sebuah jemaat lokal, telah diberikan semua wewenang dan kekuasaan yang diperlukan untuk mengajar dan menegur satu sama lain (Mat 28:18-20; 1 Pet 2:5; 1 Kor 5:12-13; 6:5). Prinsip “keimanan dan kenabian semua orang percaya” ini sering salah diambil keluar dari konteks gereja lokal, dan kemudian diterapkan pada Kristen individu. Hal ini digunakan untuk meningkatkan semangat independen yang bernada dunia daripada semangat Alkitab. Pemahaman yang benar dari prinsip ini adalah bahwa setiap anggota gereja hendaklah terlibat dalam pekerjaan kerajaan Allah. Jemaat disamakan dengan tubuh manusia di mana setiap anggota memiliki peran masing-masing dan tergantung pada orang lain (1 Kor. 12). Gereja tidak tergantung pada petugas saja, atau pendeta saja, untuk berfungsi dengan baik.

Banyak gereja saat ini dihadapi masalah disiplin serta tak terhitung hal-hal lain, bukan karena kegagalan mereka untuk mengakui prinsip ini melainkan karena kegagalan mereka untuk melaksanakan pemerintahan gereja alkitabiah, yaitu menatua-penatua yang berkuasa, dengan persetujuan jemaat (Kisah Para Rasul 14: 23; 15: 6, 22; 1 Kor 5: 4-5).. Dalam banyak kasus saat ini, gereja-gereja diperintah oleh diaken. Beberapa gereja besar yang diperintah oleh seorang pendeta atau penatua, di mana prinsip pluralitas diabaikan. Ada gereja-gereja lain yang diperintah oleh komite eksekutif terpilih, dan pendeta diturunkan ke pekerjaan berkhotbah saja. Namun orang lain bersikeras pada kesetaraan penatua-penatua tanpa mengakui perbedaan peran antara pendeta-guru (yang juga seorang penatua) dan penatua-penatua yang menguasai (1 Tim 5:17;.. Ef 4:11). Dengan demikian, terjadi kebingungan baik mengenai jabatan atau peran petugas.

Relevansi kekal Amanat Agung
Terakhir, namun bukan terkecil, di antara karakteristik Baptis adalah keyakinan dalam relevansi kekal Amanat Agung. Orang-orang Baptis telah secara konsisten kuat dalam misi dari awal. Seorang sarjana terkemuka, Joseph Angus, berkata, “Dua keanehan membedakan sejarah Baptis abad ketujuh belas. Itu adalah zaman perdebatan publik; dan pendeta-pendeta mengabdikan sejumlah besar waktu untuk pekerjaan penginjilan.”9 Pemberita-pemberita diutus keluar, tidak hanya untuk memenangkan jiwa bagi Kristus, tetapi untuk mengumpulkan mereka menjadi jemaat. Apa yang terjadi di Inggris diulang di America.10 Pada paruh pertama abad ke-18, sejumlah gereja Baptis Khusus, meskipun tidak semua dari mereka, jatuh ke Hyper-Calvinisme yang menahan penginjilan dan penanaman gereja. Mereka menjauhi dari kebangkitan yang terjadi melalui pemberitaan George Whitefield dan John Wesley. Menjelang akhir abad itu, William Carey digunakan oleh Allah untuk membangkitkan lagi semangat penginjilan bersejarah Baptis Khusus, dan untuk memperpanjang ke misi-misi asing. William Carey telah disebut “bapak misi modern”.

Abad ke-19 adalah usia kerja sama dalam misi antara Baptis Umum New Connexion dan Baptis Khusus. Ini bermanfaatkan dan merugikan kedua kelompok Baptis. Menjadi manfaat, ada pemulihan jiwa misi dari dari zaman lampau. Menjadi rugi, ada sedikit perhatian diberikan pada integritas doktrinal dan penggunaan Pengakaun-pengakuan Iman. Baptis di Amerika dipengaruhi oleh pemberita pembangkitan yang kontroversial, Charles Finney (1792-1875), untuk mengadopsi ajaran bebas-kehendaknya dan panggilan altar – yang merupakan karakteristik penginjilan modern. Oleh karena abad ke-19 adalah zaman misi modern, gereja-gereja Baptis yan ditanam di luar negeri oleh misionaris dari Inggris dan Amerika tidak membuat perbedaan terperinci antara Baptis Umum dan Baptis Khusus. Sampailah abad 1960-an di mana pemulihan teologi Reformed memicukan keinginan beberapa individu untuk menanam gereja-gereja Baptis Reform dan individu lainnya untuk memulihkan akar Calvinis mereka dan penghargaan terhadap Pengakuan Iman 1689.

Apa artinya menjadi Baptis
Kita telah mempertimbangkan tujuh keistimewaan kaum Baptis, yaitu. (i) keagungan Kitab Suci; (ii) jemaat terkumpul; (iii) sifat sukarela dpemuridan; (iv) baptisan orang percaya dengan selam; (v) kekepalaan Kristus; (vi) keimanan dan kenabian semua orang percaya; dan (vii) relevansi kekal Amanat Agung. Beberapa karakteristik ini terdapat pada kelompok lain sementara mereka memiliki keistimewaan mereka sendiri yang lain. Kaum Plymouth Brethren, misalnya, tidak memegang prinsip jemaat terkumpul, tetapi percaya bahwa setiap orang yang mengaku percaya yang datang secara teratur ke pertemuan jemaat harus dianggap sebagai anggota. Selain itu, mereka tidak ingin diidentifikasi dengan Baptis, menghindari denominasionalisme dan lebih memilih untuk diidentifikasi dengan pendiri mereka John Nelson Darby (1880-1882).

Maka, menjadi Baptis akan memerlukan penerimaan asal sejarah di dalam Separatisme Puritan Inggris abad ketujuh belas dan kepatuhan terhadap semua tujuh karakteristik Baptis itu. Seperti disebutkan sebelumnya, ada Baptis yang akan melacak asal mereka sampai ke Yohanes Pembaptis Perjanjian Baru atau ke Anabaptis di Benua Eropa, tetapi kasus mereka tidak meyakinkan. Paling-paling, Baptis Umum dapat mengklaim Anabaptis sebagai salah satu akar mereka. Harus diperhatikan bahwa terdapat perbedaan kecil pada klaim sebagai Baptis. Ketika seseorang mengklaim dirinya Baptist, ia bisa berarti salah satu dari tiga hal berikut.

Pertama, ia bisa berarti ia anggota sebuah gereja Baptis tanpa mengetahui apa artinya menjadi Baptis. Dia adalah, pada kenyataannya, seorang Baptis nominal. Ini bukan posisi yang memuaskan, seperti juga tidak memuaskan sekadar menjadi seorang Kristen nominal, yaitu seorang Kristen dalam nama saja, yang pada kenyataannya bukan seorang Kristen. Seorang Baptis nominal mungkin seorang Kristen yang sejati, tapi dia bukan Baptist benar. Sepanjang jalan, ia mungkin terpengaruh untuk bergabung dengan paedobaptists atau pengelompokan lain.

Kedua, dia mungkin berarti dia bisa dianggap sebagai Baptist karena ia percaya baptisan orang percaya dan otonomi gereja lokal. Pada kenyataannya, dia mirip Baptis dalam pandangannya mengenaai baptisan dan gereja tetapi keliru menganggap dirinya Baptis. Sebagaimana dicatat sudah, Plymouth Brethren adalah mirip Baptis tapi tidak Baptis. Demikian jula, Gereja Injili Bebas adalah mirip Baptis tapi tidak Baptis. Gereja-gereja ini mempunyai kesamaan dengan kaum Baptis dalam pelaksanaan baptisan orang percaya dan otonomi jemaat lokal, tetapi mereka memiliki keistimewaan sendiri dan lebih suka mengidentifikasi diri dengan seseorang pendiri atau satu gerakan selain Baptis.

Posisi ketiga adalah yang paling memuaskan, yaitu menjadi Baptis secara sadar. Tidak ada keharusan bagi sebuah jemaat untuk memiliki pergantian sejarah sampai ke sebuah jemaat Baptis abad ketujuh belas sebelum dianggap sebagai Baptis. Tidak ada keharusan bagi orang percaya untuk memiliki silsilah sejarah di sebuah gereja Baptis sebelum dianggap Baptist. Sebaliknya, adalah lebih penting untuk merangkul doktrin dan praktek Baptis.

Mengapa menjadi Baptis?
Orang-orang Baptis benar bangga untuk memiliki sejarah terkenal dan karakteristik yang alkitabiah. Mereka bersyukur kepada Allah karena banyak perkara. Ada banyak yang dapat dipelajari dari mereka. Mungkin ada orang yang sekarang tertarik untuk bergabung dengan kaum Baptis! Tetapi mungkin ada orang lain yang masih ada pertanyaan tertinggal tentang menjadi Baptis – pertanyaan yang bersangkutan dengan Presbiterian, atau Lutheran, dan lain-lain. Beberapa pertanyaan yang sering diajukan sehubungan dengan menjadi Baptis adalah sebagai berikut.

Mengapa menyebut diri Baptis, atau Presbyterian, atau Methodis, dll? Bukankah lebih baik bagi kita untuk hanya dikenal sebagai orang Kristen? Bukankah kita harus bersatu dan bukannya membiarkan diri kita terbagi menjadi denominasi? Argumen ini dimengerti tapi idealis dan tidak praktis. Hal ini idealis karena kita hidup di dunia yang penuh dosa dan tidak mungkin untuk menemukan kesepakatan sempurna di semua perkara. Adalah tidak praktis untuk hanya dikenal sebagai orang Kristen karena diskusi tentang isu-isu memerlukan nama dan label. Kita tidak perlu memandang denominasi sebagai negatif karena ada nilai-nilai positif padanya. Kita mungkin dikenal sebagai warga sesama negara tertentu dan berdiri bersama-sama pada isu-isu yang mempengaruhi kita sebagai bangsa. Pada saat yang sama, adalah sah di dalam negara yang sama terdapat keluarga yang berbeda. Kita memiliki nama keluarga dan nilai-nilai keluarga yang ingin disampaikan kepada anak-anak kita. Demikian juga, adalah sah untuk ada keluarga gereja yang berbeda dan memiliki keistimewaan sendiri. Kita tidak dapat menyepakati setiap ajaran Alkitab dan harus menunggu dibuat jelas kepada kita di surga. Sementara itu, kita akan bersekutu dengan gereja-gereja lain sejauh mana kita dapat, tergantung pada tingkat kesamaan kebenaran diantara kita. Semakin banyak kesamaan kebenaran, semakin mungkin kita bekerja sama.

(ii) Mengapa kita tidak mulai dari Alkitab dan mendirikan jemaat bersifat pribumi dan bukannya mengimpor model gereja barat ke tempat-tempat seperti Cina? Ini lagi adalah tidak realistis dan praktis. Kita telah mengambil perhatian bahwa dalam hal iman, tidak ada yang timur, atau yang barat, tetapi yang kita ikuti adalah Alkitab. Kita harus rendah hati mengakui bahwa kita bukan satu-satunya orang yang dipimpin oleh Roh Kudus dalam pemahaman Alkitab. Allah telah memimpin orang lain sebelum kita untuk memahami Alkitab juga. Adalah bodoh bagi kita untuk “menemukan kembali roda”, karena jika kita memulai semuanya dari awal, kita akan mendapati diri kita membuat kesalahan yang sama seperti orang lain sebelum kita, dan kita akan berakhir di posisi sama seperti ditemukan mereka, meskipun kita sebut posisi-posisi itu dengan nama yang berbeda. Kita mengakui bahwa Alkitab saja otoritas kita dalam semua hal iman dan praktek. Pada saat yang sama, kita mengakui bahwa Allah telah membimbing orang lain dalam memahami Alkitab di masa lalu, seperti Ia membimbing kita dalam memahami Alkitab pada hari ini. Adalah baik kita merendahkan hati untuk belajar dari leluhur rohani kita, sambil memeriksa semuanya dalam terang Kitab Suci.

Kesimpulan
Sebagaimana diperhatikan berulang kali, terdapat pada dasarnya dua kelompok Baptis dari awal sejarah mereka – Baptis Umum dan Baptis Khusus. Menjelang waktu, terdapat divisi lebih lanjut ke dalam kelompok yang dikenal sebagai Baptis Selatan, Baptis Reguler, Baptis Independen, Baptis Reform, dll. Baptis Reform secara sadar mengidentifikasi diri mereka sebagai keturunan rohani dari Baptis Khusus – dengan memegang ke soteriologi Calvinisnya, menghargai teologi perjanjiannya, serta berpegang pada Pengakuan Iman 1689. Semua pengelompokan ini berbagi warisan yang sama dan karakteristik tertentu yang sama, yang mengidentifikasi mereka sebagai Baptis. Semoga semua suku Sion peningkatan!

Catatan dan Referensi
1. Haykin, MAG, 1996. “Kiffin, Knollys and Keach – Rediscovering Our English Baptist Heritage.” Leeds: Reformation Today Trust.
2. Lumpkin, WJ. ed. 1959, revised 1969. “Baptist Confessions of Faith.” Valley Forge: Judson Press.
3. White BR, 1982-84. In Greaves, RL, and Zaller, R (eds.). “Biographical Dictionary of British Radicals in the Seventeenth Century. 4. Brighton: The Harvester Press. pp. 76-77, 186-187.
4. White, BR, 1966. “The Organization of the Particular Baptists, 1644-1660.” Journal of Ecclesiastical History. Vol. XVII, No. 2. pp. 31-32.
5. White, BR, 1968b. “the Doctrine of the Church in the Particular Baptist Confession of 1644.” Journal of Theological Studies. NS. Vol. XIX, Pt. 2. p. 572.
6. Sheehan, R. “Which Version Now.” Carey Publications. A good read on Bible translation by the same author is found at: http://www.affinity.org.uk/downloads/foundations/Foundations%20Archive/28_07.pdf
7. John Quincy Adams, “Baptists, Thorough Reformers.”
8. Firth, CH, 1934. “Oliver Cromwell and the Rule of the Puritans in England.” Elibron Classics 2004: Adamant Media Corp. p. 144.
9. Angus, J, 1895. “Baptist Authors and History, 1527-1800.” pp. 183-190.
10. Poh, BS, 2013. “A Garden Enclosed.” Good News Enterprise. pp. 199-202.

~ ~ ~ ~ ~

Ke Atas