In2014/3Reform?


Apa Maksudnya “Reform”

Versi Cetakan PDF

Subjek kita adalah “Apa maksudnya “Reform”. Tampaknya istilah “Reform” sedang mendapatkan popularitas dan kehormatan di seluruh dunia. Semakin banyak kelompok dan individu yang menggunakan nama ini untuk diri mereka sendiri. Mungkin orang-orang Kristen telah dikejutkan kepada kesadaran bahwa gerakan karismatik 50 tahun terakhir memiliki kelemahan serius yang tidak tahan ujian Alkitab. Atau mungkin kebaruan antusiasme karismatik semakin merosot dan mereka mencari sesuatu yang lebih stabil dan terhormat sebagai gantinya. Apa pun yang menjadi alasan untuk kebangkitan minat kepada pengajaran Reform, terdapat tren-tren yang mengganggukan yang cenderung membingungkan dan salah menggambarkan iman Reform untuk mereka yang belum tahu.

Kami tidak mengklaim memiliki hak tunggal untuk menggunakan kata “Reform”. Tujuan kami di sini adalah untuk mendefinisikan arti kata “Reform” seperti yang digunakan secara historis dan sebagaimana yang dipahami oleh banyak orang saat ini. Dalam proses ini, kami menjauhkan diri dari orang-orang yang menggunakan kata itu dengan cara yang berbeda. Kami juga berusaha untuk menarik orang-orang yang memiliki minat pada iman Reform kepada pemahaman yang lebih baik mengenai iman itu sendiri, Kami percaya bahwa iman Reform adalah ekspresi paling dekat kepada sistem ajaran alkitabiah.  

I. Karakteristik mereka yang “Reform”.
Secara historis, iman Reform telah ditandai dengan yang berikut:

Pertama, ada rasa syukur untuk Reformasi abad ke-16 di Eropa. Reformasi  itu menyelamatkan gereja-gereja dari kebodohan agama, takhayul keterlaluan dan kegelapan rohani yang berlaku di bawah pengaruh Gereja Roma. Ia memulihkan tempat keagungan Alkitab dan kembalikan Alkitab untuk masyarakat umum. Ia kembalikan pengkhotbahan ke tempat terutama seperti dirancang untuknya oleh Allah. Ia membawa kepada klarifikasi kebenaran Kristen melalui sejumlah pengakuan iman yang baik. Ia memulihkan sejumlah doktrin penting seperti perhambaan kehendak, korupsi total pada sifat manusia melalui dosa asal, pembenaran oleh iman, dll. Reformasi yang dimulai di Eropa menyebar ke Inggris dan dikembangkan sebagai Puritanisme, di abad ke-17. Orang Reformed hari ini menghargai harta kaya tulisan-tulisan kaum Puritan, meskipun konotasi negatif yang diberikan kepada kata “puritan” di beberapa kalangan.

Kedua, ada kepercayaan dalam otoritas tunggal Alkitab. Alkitab adalah kata Allah yang sempurna dan tidak mungkin salah. Alkitab adalah firman tertulis lengkap Allah (2 Timotius 3:16-17; Wahyu 22:18-19). Tidak ada lagi wahyu baru yang akan diberikan oleh Roh Kudus. Alkitab cukup untuk semua kebutuhan kita dalam doktrin dan praktek, sampai Kristus kembali untuk menghakimi dunia. Roh Kudus yang mengilhami orang-orang suci untuk menulis Kitab Suci menggunakan kata-kata tertulis untuk menyelamatkan orang-orang pilihan Allah (2 Petrus 1:20-21; 1 Pet 1:12; Rom 10:17). Kata-kata tertulis Allah digunakan oleh Roh Kudus untuk mempertahankan orang-orang percaya dalam iman (Mat 4: 4; Efesus 4:11-13; 5:26-27). Tradisi manusia dan hikmat manusia tidak harus menggantikan pengajaran Alkitab dalam ibadah dan pelayanan Allah.

Ketiga, ada apresiasi yang mendalam bagi pengakuan-pengakuan iman yang dihasilkan waktu, dan oleh, Reformasi. Ada kepatuhan terhadap salah satu pengakuan iman ini dalam kehidupan gereja. Ada deklarasi bahwa pengakuan iman itu mengungkapkan kepercayaan gereja. Ada gereja-gereja non-pengakuan yang menyatakan dengan saleh bahwa mereka “tiada kredo melainkan Alkitab”. Gereja tersebut seringkali lemah dalam doktrin, dan mereka tidak dikenali membuat pendirian untuk kebenaran. Anggota mereka mudah dipengaruhi oleh setiap angin pengajaran yang datang jalan mereka. Ada gereja-gereja yang bisa melacak dasar mereka ke Reformasi tetapi tidak lagi memberikan perhatian serius terhadap pengakuan iman mereka. Gereja tersebut sering ditarik sesat oleh Liberalisme, Charismaticism, Arminianisme, atau Hyper-Calvinism1.

Keempat, ada kepercayaan kepada kedaulatan Tuhan dalam penciptaan, sejarah, dan keselamatan. Dia menciptakan alam semesta dari ketiadaan dan terus menjunjung segala sesuatu yang diciptakan oleh firman kuasa-Nya. Dia mengontrol keputusan raja tanpa menindas kepribadian mereka atau meminimalkan tanggung jawab mereka. Dia telah memilih sejumlah tertentu dan besar orang untuk menjadi umat-Nya dari kekekalan, memanggil mereka keluar dari kehidupan dosa oleh Injil, dan melahirkan kembali mereka untuk hidup yang kekal oleh kuasa Roh Kudus. Allah mungkin menggunakan cara-cara untuk melaksanakan tujuan-Nya, tetapi cara-cara itu tidak bersaing dengan kekuasaan dan otoritas-Nya.

Kelima, ada keinginan untuk ibadah Kristen yang sejati. Ibadah harus dalam roh dan kebenaran, yakni harus tulus dan sesuai dengan ajaran Alkitab. Tidak ada tradisi manusia dan inovasi harus mengganggu. Bentuk ibadah yang ditemukan dalam Perjanjian Lama telah diganti dengan kesederhanaan ibadah Perjanjian Baru. Simbol dan gambar, seperti persembahan hewan dan pembersihan agamawi, telah digenapi dalam Kristus oleh kematian dan kebangkitan-Nya. Namun, ada kontinuitas dalam prinsip-prinsip ibadah dalam Perjanjian Lama dan Baru. Ibadah harus bertujuan-Allah, berpusat pada Kristus, mengungkapkan hubungan perjanjian kita dengan Allah, yang dilakukan sesuai dengan ajaran Alkitab, dan berkerohanian pada intinya. Perjanjian Baru membekalkan kita dengan instruksi yang cukup tentang bagaimana kita harus menyembah Tuhan pada hari ini. Gereja-gereja Reform menegakkan Prinsip Regulatif ibadah, berbeda dengan Prinsip Permisif dipegang oleh sebagian besar gereja non-Reformed2.

Keenam, ada pemulihan pengkhotbahan ekspositori yang kuat. Pengkotbahan harus mendapat tempat utama dalam ibadah. Pengkotbahan harus eksposisi dari Kitab Suci, di mana arti dibuat jelas, atau dibuka kepada pendengar (‘exegesis’ itu beda dari ‘eisegesis’, yaitu membaca ke dalam petikan ide-ide sendiri) Perlu diperjelas dengan ilustrasi yang tepat. Ini harus diterapkan secara bijaksana dan berani pada si pendengar. Pengkotbahan harus kenabian dalam arti bahwa pesan itu datangnya dari Allah. Oleh karena itu, pengkotbahan harus mencontohi pengkotbahan para rasul dalam keberanian, urgensi, integritas dan kekuatan. Kami tidak minat pada pengkotbahan yang hanya intelektual, sekalipun sebaik mungkin. Kami prihatin melihat kebangkitan khotbah yang menggolakkan hati dan kehidupan masyarakat. Pengkotbahan semacam ini akan diproduksi hanya dengan kerja keras dan bergantung pada Roh Kudus, baik dalam persiapan maupun dalam penyampaian khotbah. Selanjutnya, persiapan hati pengkhotbah setidaknya sama pentingnya dengan persiapan pesan.

Ketujuh, keyakinan akan pentingnya Teologi Alkitabiah. Teologi Alkitabiah adalah studi tentang sejarah wahyu ilahi yang tercatat dalam Alkitab. Tujuan Allah dalam keselamatan, dan dalam pembentukan gereja, diumumkan dan dinyatakan dalam bentuk perjanjian. (Karena suatu fokus utama dari wahyu adalah pada keselamatan, Teologi Perjanjian dapat dianggap sebagai sama secara praktis dengan Teologi Alkitabiah.) Terungkapnya dan pengembangan perjanjian ini adalah salah satu kunci dimana kita dapat memiliki pemahaman yang lebih baik dari Alkitab. Kami berbeda dari orang Reform Paedobaptists dalam teologi perjanjian3. Kesalahan konstan Reform Paedobaptists adalah untuk membaca Perjanjian Baru ke dalam Perjanjian Lama dan setelah melakukan itu untuk menyamakan keduanya, dan menganggap mereka sebagai sama bersama-sama. Baptis Reform konsisten memberikan kepercayaan yang tepat untuk tempat, pengembangan dan pentingnya perjanjian itu. Perjanjian kasih karunia adalah satu, meskipun memanifestasikan dirinya secara berbeda di berbagai zaman. Hanya ada satu cara keselamatan, yaitu oleh kasih karunia melalui iman, di dalam Kristus saja.

Maka itu dia ketujuh karakteristik iman Reform yang dilihat secara umum. Iman Reform dapat dilihat dari doktrin dan praktek. Teologi Reform ditandai dengan lima “solas”:

o “sola scriptura”, Kitab Suci sendiri adalah satu-satunya otoritas dalam segala hal iman dan praktek.
o “Solus Christus”, Kristus telah mencapai keselamatan bagi umat-Nya dengan hidup tanpa dosa-Nya dan kematian penebusan.
o “sola gratia”, anugerah saja yang menyelamatkan orang-orang berdosa, yang dilahir baru oleh Roh Kudus melalui pendengaran injil.
o “sola fide”, iman kepada Kristus saja membenarkan orang berdosa di hadapan Allah, bukan perbuatan baiknya.
o “soli Deo gloria”, kepada Allah saja kemuliaan adalah tujuan besar teologi Reform.

Praksis Reform dipandu oleh dua prinsip, yaitu. “sola scriptura” dan “sempre reformanda”. Orang Kristen Reform inginan mengatur hidupnya dan gereja keanggotaannya sesuai dengan ajaran Alkitab. Sambil ia belajar lebih dari ajaran Alkitab, ia ingin menerapkan apa yang telah ia pelajari dan telah yakin. Dia tidak puas hanya memiliki pengetahuan kepala tentang kebenaran tanpa ketaatan padanya. Dia tidak berpikir bahwa ia atau gereja-Nya telah tiba di kesempurnaan, tapi “selalu sedang direformasi”. Prinsip “reformanda sempre” mengungkapkan sikap hatinya kepada Tuhan. Dia mengasihi Tuhan dan ingin mematuhi perintah-Nya. Dia tidak pilih-memilih apa yang dia suka, sementara mengabaikan apa yang tidak nyaman atau sulit diterima.

II.  Beberapa tren dan perkembangan di kalangan Kristen.
Kita telitikan sekarang tren dan perkembangan di lingkungan Kristen yang mendasari penggunaan nama “Reform”. Perhatikan bahwa kita mengacu pada tren dan pengembangan, bukan pada kelompok tertentu. Jika kita membahas pengelompokan, akan terdapat banyak yang sudah ada dan  yang akan muncul di masa depan. Sebaliknya, kita mengacu kepada prinsip-prinsip dasar dan karakteristik umum kelompok dan gerakan yang ada. Ada kecenderungan yang mengganggu, dan ada perkembangan yang menggembirakan.
 
Tradisionalisme Reform
Di antara gereja-gereja atau denominasi yang muncul dari Reformasi abad ke-16 di Eropa, ada yang masih berdiri sampai hari ini tapi kurang vitalitas mereka di tahun sebelumnya. Mereka memiliki silsilah yang baik tapi spiritualitas miskin. Mereka mempertahankan bentuk-bentuk lampau, tetapi telah kehilangan esensi dan semangat nenek moyang mereka. Di sini saya merujuk kepada sejumlah gereja Reform Belanda, gereja Lutheran di Jerman dan Skandinavia, gereja Anglikan di Inggris dan gereja Presbiterian di Skotlandia, bersama-sama dengan cabang-cabang mereka di bagian lain dunia. Mereka mempunyai liturgi ibadah tetap dan bangga dalam warisan Reform mereka, tetapi tidak sungguh-sungguh berpegang kepada pengakuan iman mereka. Mereka kononnya Reform, tetapi tidak menunjukkan semangat Reformasi. Gereja-gereja ini dapat dikatakan memegang kepada  tradisionalisme Reform.

Gereja yang memegang kepada tradisionalisme Reform mungkin menjauhkan diri dari Gereja Katolik Roma seperti yang dilakukan nenek moyang mereka, dan melawan gerakan karismatik modern untuk mempertahankan tradisi mereka. Motifnya lebih untuk mempertahankan tradisi daripada ajaran Alkitab. Oleh karena itu, mereka tidak menganggap penting tentang pengakuan iman mereka atau tentang eksposisi sistematis dari Alkitab. Mereka sering memungkinkan penyimpangan kepada doktrin keselamatan Reform. Doktrin keselamatan Reform telah diringkas sebagai Lima Poin Calvinisme, atau doktrin anugerah. Orang tradisionalis Reform mungkin memegang pada Hyper-Calvinisme secara prinsip atau praktek. Mereka mungkin terlalu menekankan kedaulatan Allah dalam keselamatan sehingga mengorbankan tanggung jawab manusia. Mereka mungkin tidak memanggil pendengar untuk bertobat dan percaya kepada Kristus waktu berkotbah. Orang tradisionalis Reform mungkin juga memegang kepada Hypo-Calvinisme, secara prinsip atau atau praktek. (Dalam bahasa Yunani, “hyper” berarti di atas atau lebih dari, sementara “hypo” berarti di bawah atau kurang dari.) Hypo-Calvinisme terlalu menekankan tanggung jawab manusia sehingga mengorbankan kedaulatan ilahi.

Bentuk ekstrim dari Hypo-Calvinisme adalah Arminianisme. Orang tradisionalis Reform tidak akan merangkul Arminianisme sejati. Mereka bahkan mungkin menentang Arminianisme. Namun, mereka tidak berpegang pada lima poin Calvinisme sebagai dianut dalam Kanon Dordt. Sebaliknya, mereka mungkin mengurangkan tekanan pada satu atau dua poin dari doktrin anugerah. Kebanyakan Hypo-Calvinis sulit menerima doktrin Pendamaian Terbatas (atau Penebusan Khusus). Mereka senantiasa mengulangi ungkapan, “Kematian Kristus cukup untuk semua dan efisien untuk beberapa”. Mereka akan menghindari soal tujuan kematian Kristus – adakah untuk orang pilihan atau bagi setiap individu di dunia? Versi Hypo-Calvinisme ini telah disebut Amyraldianism4. Ada Hypo-Calvinis yang memutarbelikan doktrin Ketekunan Orang-orang Suci. Mereka mengajar bahwa adalah mungkin untuk orang pilihan termusnah jika mereka tidak bertahan. Pemeliharaan ilahi dijadikan tergantung pada ketekunan manusia, bukannya bersamaan dengannya. Ada kegagalan untuk mengerti bahwa ketekunan manusia adalah cara yang digunakan oleh Allah yang berdaulat untuk melestarikan orang suci dalam imannya. Ketekunan manusia bukanlah penyebab pelestarian ilahi.

Minimalisme Reform
Satu lagi tren yang mengganggu pada hari ini dapat disebut minimalisme Reform. Minimalisme adalah upaya untuk mengurangi sesuatu kepada unsur-unsur paling sederhana. Hal ini terjadi dalam seni, dalm musik, dalm seni bela diri, dalam hidup, dan bahkan dalam pemberitaan injil5. Minimalisme Reform berupaya untuk memangkas iman Reform kepada hanya lima poin Calvinisme. Untuk orang minimalis, seseorang atau sesuatu kelompok yang berpegang pada lima poin Calvinisme berhak untuk disebut Reform. Bahkan, nama “Reform” dapat dikesampingkan karena dikaitkan dengan tradisionalisme Reform. Orang minimalisme Reform akan senang untuk menagadakan persekutuan dengan mana-mana orang yang berpegang pada lima poin Calvinisme. Doktrin pemisahan (dari dosa, ajaran sesat, dan keduniawian) bukan perhatian utama mereka, begitu juga dengan ibadah, dan begitu juga dengan pemerintahan gereja.

Ada mereka yang memegang kepada kelanjutan karunia-karunia ajaib, yang menjauhkan diri dari ekspresi ekstrim dari gerakan karismatik, dan yang menghargai khotbah ekspositori dan doktrin anugerah. Namun, mereka adalah non-pengakuan dan tidak menjunjung tinggi Prinsip Regulatif ibadah. Mereka memanggil diri Karismatik Reform, pada hal secara realitas, mereka bukan Reform dalam arti yang dipahami secara historis.

Ada Baptis yang telah memeluk doktrin anugerah, namun tetap non-pengakuan. Mereka senang untuk berinteraksi erat dengan gereja-gereja konfesional, baik dari yang jenis baptis atau paedobaptis. Mereka mungkin lebih baik disebut Baptis Calvinis dan bukan Baptis Reform. Sesetengah gereja tersebut berpegang kepada Teologi Perjanjian Baru, dengan menyangkal relevansi Sepuluh Perintah dalam kehidupan Kristen. Secara khusus, ia menyangkal bahwa hari pertama dalam minggu itu adalah hari Sabat Kristen. Adalah dinyatakan bahwa Perintah ke Empat tidak mengikat orang-orang Kristen karena tidak dikutip dalam Perjanjian Baru. Mereka yang mengajar Teologi Perjanjian Baru gagal melihat bahaya antinomianisme teologis yang mengarah ke antinomianism praktis.6

Suatu gerakan lintas-denominasi yang disebut Calvinisme Baru semakin menarik banyak orang, terutama orang-orang dari generasi muda, untuk beibadah bersama-sama dan bersekutu.7 Penghargaan kepada tulisan kaum Puritan yang di akui mereka, ditambah dengan penerimaan mereka terhadap doktrin anugerah, telah memenangkan untuk mereka dukungan dari pemimpin Kristen konfesional dan Calvinis. Di Inggris, kelompok gereja New Frontiers menggambarkan diri mereka sebagai “reform, karismatik dan apostolik”. Di Amerika Serikat, konferensi T4G (Bersama untuk Injil), yang dimulai pada tahun 2006, menarik ribuan orang terutama yang muda untuk bersama mendengar khotbah. Ikatan yang menyatukan adalah penerimaan secara minimalis doktrin anugerah dan penerimaan secara luas gaya penyembahan kontemporer. Koalisi Injil (TGC), yang dimulai pada tahun 2007, dipimpin oleh orang-orang terkenal seperti Don Carson, Tim Keller dan John Piper. Calvinisme Baru menolak relevansi berterusan Sepuluh Perintah sebagai ringkasan dari hukum moral Allah bagi umat-Nya. Ia mendukung sembrono, bahasa kasar, berpakaian kurang sopan, merokok dan tato sebagai yang bisa diterima orang Kristen. Ia terlibat dalam ibadah kontemporer yang menampilkan musik rap dan punk rock. Calvinisme Baru bukanlah kebangkitan Calvinisme lama tetapi ekspresi baru keduniawian dengan penyamaran Calvinisme yang dangkal dan non-pengalaman, tapi sebaliknya.

Biblisisme Reform
Pada waktu yang sama gerakan karismatik bermula lebih dari 50 tahun yang lalu, ada kebangkitan iman Reform yang berterusan sampai hari ini. Sungguhpun ada orang-orang yang tidak pernah datang ke posisi yang benar-benar Reform, terdapat pangaliran orang yang dimenangkan untuknya. Mereka yang tidak pernah datang jauh-jauh ke posisi Reform akan sekadar mengaku yakin dengan prinsip “sola scriptura”, yaitu otoritas Alkitab dalam segala hal iman dan praktek. Mereka yang telah menjadi Reform secara jelas berpegang kedua-dua prinsip “sola scriptura” dan “semper reformanda”, yaitu keinginan untuk selalu direformasi, baik dalam doktrin dan praktek. Dari Reformasi abad ke-16, telah ada perselisihan atas soal ibadah dan pemerintahan gereja antara orang-orang Reform. Namun, telah ada kesepakatan yang cukup jelas atas prinsip-prinsip dasar yang mendasari bidang-bidang ketidaksepakatan ini. Iman Reform mempunyai suatu set karakteristik keluarga, yang telah kami berusaha untuk menggambarkan di atas. Kebangkitan iman Reform dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan biblisisme yang menggembirakan yang mengingatkan semangat Reformis dari abad ke-16. Terdapat keinginan untuk menjadi alkitabiah dalam semua bidang iman dan praktek.

Sejauh doktrin keselamatan yang bersangkutan, iman Reform meliputi lebih dari lima poin Calvinisme. Ia mencakup totalitas pengajaran Alkitab tentang keselamatan, yang telah dikenali sebagai Calvinisme. Lima Poin itu hanyalah ringkasan dari sistem keselamatan yang diyakini diajarkan dalam Alkitab. Mereka adalah lima jari tangan. Mereka bukan seluruh tangan, apalagi seluruh tubuh. Iman Reform juga prihatin pada ibadah di gereja. Dari awal, ia bereaksi terhadap tradisi manusia dan inovasi dari Gereja Katolik Roma. Pembakaran dupa, penggunaan gambar (termasuk salib patung Yesus), tanda salib dalam doa, penggunaan rosario, dan banyak lagi, ditolak sebagai gangguan yang tidak alkitabiah terhadap ibadah murni.

Klaim bersaing antara Prinsip Permisif ibadah dan Prinsip Regulatif ibadah telah pada umumnya mengendap berpihak pada yang terakhir. Prinsip Permissive pada dasarnya menyatakan bahwa dalam ibadah, apapun yang tidak dilarang oleh Alkitab diperbolehkan. Prinsip Permissive dulunya dikenali sebagai Prinsip Normatif, dan terus dikenali sebagai tersebut di kalangan tertentu. Prinsip Regulatif, pada sisi lain, menyatakan bahwa apa pun yang diperintahkan dalam Alkitab harus dipatuhi. Prinsip Regulatif ibadah ditempa dalam panas kontroversi yang muncul dari keinginan untuk tulus dan setia kepada Alkitab. Oleh itu adalah tidak mengherankan untuk menemukan bahwa ia adalah efektif dalam melawan klaim ibadah kontemporer seperti mana ia didapati efektif dalam melawan inovasi Roma. Sayangnya, tidak semua orang yang mengaku diri Reform pada hari ini sama-sama jelas tentang ibadah.

Orang Reform tidak setuju pada bentuk pemerintahan gereja juga. Namun, ada kesepakatan atas pentingnya pengakuan iman dalam kehidupan gereja. Sebuah gereja Reform akan mematuhi suatu pengakuan iman yang muncul dari Reformasi – apakah itu Tiga Bentuk Persatuan (Katekismus Heidelberg, Pengakuan Belgic, dan Kanon Dordt), Standar Westminster (Westminster Confession of Faith, Katekismus Besar, dan Katekismus Singkat), atau Pengakuan Iman Baptis Tahun 1689 (bersama-sama dengan Katekismus Keach). Apa yang perlu dicatat adalah bahwa Kekristenan konfesional tidak terlepas dari struktur gereja yang terdapat penatua-penatua, disiplin gereja dan pengajaran sistematis Alkitab. Singkat kata, pengakuan iman itu merupakan ekspresi keyakinan gereja daripada yang individu. Seorang Kristen Reform adalah salah satu anggota sesebuah gereja konfesional. Terdapat pengakuan sentralitas dan keunikan gereja lokal di dalam tujuan Allah. Sementara ada banyak kesempatan bagi gereja-gereja untuk menikmati kesatuan dan persekutuan dalam Injil, Kristen Reform tidak akan mendukung usaha yang bernada semangat organisasi para-gereja.

Calvinisme Baru dan biblisisme Reform jauh berbeda satu sama lain. Calvinisme Baru itu minimalis dalam doktrin, mempromosikan keduniawian, dan memiliki etos para-gereja. Ia mengaku percaya kepentingan gereja lokal, tetapi terlibat dalam kegiatan yang mirip dengan orang-orang dari organisasi para-gereja. Ia wujud “untuk membantu gereja-gereja lokal dan pendeta-pendeta”8. Adalah tidak membantu kebenaran bagi pengkhotbah Reform mendukung Calvinisme Baru.

III. Jalan di depan.
Kami telah melihat bahwa Reform biblisisme menjunjung tinggi prinsip-prinsip Reformasi “sola scriptura” dan “sempre reformanda”. Kami mengusulkan di sini bahwa upaya praktis yang dibuat untuk memenuhi prinsip-prinsip ini paling baik dilakukan dengan mengenali dan menerapkan ketiga jabatan Kristus. Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia. Dia adalah satu-satunya Kepala gereja. Sebagai Pengantara dan sebagai Kepala gereja, Ia menempati jabatan nabi, imam, dan raja. Sebagai nabi, Ia menyatakan Allah dan kehendak-Nya kepada umat-Nya. Sebagai Imam Besar kita, Dia menawarkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna bagi dosa-dosa umat-Nya, dan terus berdoa bagi umat-Nya di surga. Sebagai raja, Ia memerintah atas umat-Nya dan memimpin mereka dalam pertempuran rohani.

Implikasi praktis untuk orang percaya adalah bahwa dia harus menanggapi kepemimpinan Kristus dengan menyerah kepada-Nya sebagai nabi, imam dan raja. Orang percaya menyerahkan kepribadian totalnya – pikiran, hati dan kehendak – kepada kekepalaan Kristus. Mengetahui firman Kristus dan terlibat dalam ibadah yang tulus tidak cukup. Seseorang harus melanjutkan untuk menyerahkan kehendaknya kepada Kristus, yaitu untuk berusaha menaati-Nya. Orang Calvinis Baru telah maju dari penekanan karismatik pada hati, yaitu perasaan subjektif, dengan memperhatikan doktrin. Tapi dia belum melanjutkan cukup jauh untuk menyerahkan diri kepada kerajaan Kristus, yaitu untuk menekankan ketaatan kepada-Nya.

Pada peringkat ramai, tunduk pada kekepalaan Kristus mengharuskan gereja memberikan penekanan terhadap doktrin, ibadah, dan pemerintahan gereja (termasuk misi). Tidak hanya harus doktrin keselamatan alkitabiah, tetapi berkhotbah dan mengajar firman Tuhan harus memiliki prioritas dalam kehidupan gereja. Gereja perlu berpengakuan, yaitu berpegang pada suatu pengakuan iman yan bagus. Ia harus memiliki ibadah alkitabiah, di mana Prinsip regulatif diterapkan. Ia juga harus memiliki pemerintahan gereja alkitabiah dan kebijakan misi alkitabiah. Tidak semua gereja-gereja Reform sepakat pada hal-hal kecil dari doktrin, ibadah dan pemerintahan gereja. Mereka yang benar-benar Reform berbeda satu sama lain dalam hal ini dari hati nurani, bukan karena tradisi. Hal ini karena mereka sungguh-sungguh datang ke kesimpulan yang berbeda mengenai pengajaran Alkitab. Namun, karena komitmen mereka terhadap otoritas Alkitab, dan keinginan mereka untuk menjadi alkitabiah, mereka telah mengakhiri dengan memiliki bersama karakteristik famili tertentu.

Adalah menjadi keyakinan pribadi saya bahwa Pengakuan Iman Baptis Tahun 1689 merupakan pengakuan iman yang paling matang dari semua pengakuan iman yang keluar dari Reformasi. Di dalamnya ditemukan sebuah paragraf, yang dipinjam dari Pengakuan Iman London Yang Pertama Tahun 1644, yang merangkum kebenaran yang paling penting mengenai tiga jabatan Kristus. Pembukaan kata-kata kalimat pertama dari Bab 8, ayat 10, Kristus Pengantara, adalah “Jumlah dan ketertiban jabatan-jabatan ini diperlukan”. Anehnya, kata-kata yang paling penting ini tersisa dari edisi Pengakuan yang diterbitkan oleh Publikasi Carey. Substansi ayat ini dari Pengakuan Tahun 1689 tidak ditemukan dalam Pengakuan Iman Westminster maupun dalam pengakuan Reform lainnya. Dalam pekerjaan reformasi gereja, dan kehidupan Kristen, adalah perlu untuk menerapkan jumlah dan ketertiban jabatan Kristus.

Kesalahan dalam doktrin dan praktek telah muncul di masa lalu. Kesalahan telah muncul di saat ini. Kita bisa bmeramalkan bahwa lebih banyak kesalahan akan muncul di masa depan. Semua saudara-saudara Reform kita akan dibantu banyak dalam pekerjaan reformasi dan melawan kesalahan jika mereka mengenali dan menerapkan  doktrin kekepalaan Kristus dengan sepenuhnya.

Kesimpulan
Kami telah membandingkan dan kontras tradisionalisme Reform, minimalisme Reform, dan biblisisme Reform. Jika anda mengklaim diri anda Reform, yang mana di antara ini di pegang anda? Hanya mereka yang berpegang pada biblisisme Reform layak dianggap sebagai benar-benar Reform.

Referensi
1. Liberalisme (atau Modernisme) menekankan intelek dan menyangkal elemen supranatural dari Alkitab. Karismatikisme menekankan perasaan subjektif dan menegaskan kelanjutan karunia luar biasa bahasa roh, nubuat dan penyembuhan, sementara mengecilkan pentingnya doktrin. Arminianisme terlebih menekankan tanggung jawab manusia dengan mengorbankan kedaulatan ilahi. Hyper-Calvinisme terlebih menekankan kedaulatan ilahi dengan mengorbankan tanggung jawab manusia.  

2. Lihat “Worship: The Regulative Principle and the Biblical Practice of Accommodation”, oleh EC Reisinger and DM Allen (Founders Press, 2001).

3. Mengenai Teologi Perjanjian lihat:
(i) “Covenant Theology: From Adam to Christ,” oleh Nehemiah Coxe and John Owen, yang diedit oleh Ronald D Miller, James M Renihan, dan Francisco Arozco (Reformed Baptist Academic Press, 2005). Sebuah perspektif abad ke-17 dari Teologi Perjanjian konsisten dengan pandangan Baptis Khusus waktu itu.
(ii) “The Distinctiveness of Baptist Covenant Theology: A Comparison Between Seventeenth-Century Particular Baptist and Paedobaptist Federalism”, oleh Pascal Denault (Solid Ground Christian Books). Ringkasan bermanfaat dari diskusi antara Baptis dan Puritan sesama mereka dari abad ke-17, dengan aplikasi untuk hari ini.
(iii) “Covenant Theology: A Baptist Distinctive”, diedit oleh Earl Blackburn (Solid Ground Christian Books). Sebuah pengantar singkat subjek ini, cocok untuk orang Kristen yang serius.
(iv) “The Fatal Flaw: of the Theology Behind Infant Baptism”, oleh Jeffrey Johnson (Solid Ground Christian Books). Memperlihatkan inkonsistensi dari teologi di sebalik baptisan bayi.
(v) “The Kingdom of God: A Baptist Expression of Covenant & Biblical Theology”, oleh Jeffrey Johnson (Solid Ground Christian Books). Melengkapi “The Fatal Flaw”, secara positif menguraikan subjek dari perspektif Baptis.
(vi) “Covenant Theology: A Reformed and Baptistic Perspective on God’s Covenants”, oleh Greg Nichols (Solid Ground Christian Books). Suatu huraian menyeluruh subjek ini, cocok untuk pendeta dan orang Kristen yang serius.

4. Puritan Anglikan, Richard Baxter, seorang Amyraldian dan begitu juga Baptis Khusus, Andrew Fuller. Kini, terdapat gereja-gereja Reform yang Amyraldian dalam soteriologi. Amyraldianisme juga dikenali sebagai Baxterisme.

5. Megenai maksimalisme and minimalisme dalam pemberitaan injil, lihat artikel, “Unhealthy Trends In Gospel Preaching” di: http://www.ghmag.net/index.php?p=1_236_Reformed-Baptist-1689.

6. Antinomianisme adalah penyangkalan relevansi terus hukum Allah, seperti yang dirangkum dalam Sepuluh Perintah Allah. Sebuah buku bermanfaat adalah, “In Defense of the Decalogue: A Critique of New Covenant Theology”, oleh Richard Barcellos (Solid Ground Christian Books).

7. Ciri-ciri Calvinisme Baru terdokumentasi dengan baik dalam “The New Calvinis”, oleh ES Williams (Wakeman Trust).

8. “Bersama untuk Injil bukanlah gerakan ‘gereja’; fokusnya adalah untuk membantu gereja-gereja dan pendeta gereja lokal.” Ini adalah pengamatan Iain H Murray dalam artikelnya “Thoughts On The ‘Together For The Gospel’ Conference”, Banner of Truth, June 2014, Isu 609.

Ke Atas