In2013/1 Pergilah Dan Ajarlah


Pergilah Dan Ajarlah

Versi Cetakan PDF
(Orasi Ilmiah Untuk Wisuda di STT Syalom, Nias, Sumatera, 17 Mei 2013.)

Topik yang ditugaskan kepada saya adalah “Pergilah Dan Ajarlah”, yang diambil dari Matius 28:18-20. Nas Kitab Suci ini mengandungi perintah Tuhan yang biasanya dikenali sebagai Amanat Agung. Amanat Agung adalah suatu perintah yang diarahkan ke gereja lokal, untuk menanam gereja-gereja lokal yang lain. Kita membuat kesimpulan ini berdasarkan lima pertimbangan.

Konteksnya
Pertimbangan pertama adalah konteks petikan itu. Tuhan Yesus telah bangkit dari kematian. Dia bertemu kesebelas murid di Galilea. (Yudas sudah mati.) Dia mengumumkan kuasaNya, yang diberikan kepadaNya oleh Allah Bapa. Perintah diberikan, yang merupakan catatan yang paling lengkap mengenai Amanat Agung. Setiap perintah yang diberikan kepada para rasul dimaksudkan untuk gereja-gereja lokal, kecuali dapat ditunjukkan dari konteks bahwa perintah itu dimaksudkan hanya untuk para rasul. Suatu contoh adalah Matius 18:15-17, tentang bagaimana menanggani pelanggaran pribadi. Anda harus menegor saudaramu mengenai dosa-dosanya di bawah empat mata. Jika ia tidak mau mendengarkan, bawalah bersama saksi-saksi untuk berbicara dengannya. Jika dia masih tidak mau mendengarkan, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Tapi di mana jemaat pada waktu itu? Jemaat, atau gereja, didirikan kemudian. Adalah jelas, Tuhan Yesus bermaksud instruksi mengenai penanganan pelanggaran pribadi diajarkan kepada gereja-gereja yang ditanam kemudian.

Selain itu, Amanat Agung membutuhkan kerja memuridkan segala bangsa – suatu tugas tidak bisa dilaksanakan oleh para rasul dalam seumur hidup mereka. Amanat Agung berakhir dengan kata-kata, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Para rasul tidak hidup sampai akhir zaman. Jelas, Tuhan Yesus bermaksud perintah ini disampaikan kepada gereja-gereja di seluruh zaman, sampai Dia datang kembali untuk menghakimi dunia.

Amanat Agung meliputi ketetapan baptisan, yang merupakan salah satu dari dua ketetapan yang diberikan kepada gereja lokal. Ketetapan lainnya adalah Perjamuan Tuhan. Rasul Paulus berkata dalam 1 Korintus 11:23, “Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan …” Instruksi mengenai Perjamuan Tuhan diberikan kepada rasul Paulus untuk disampaikan kepada gereja-gereja lokal. Tentunya, ketetapan baptisan dimaksudkan untuk gereja lokal juga.

Jelaslah dari konteks bahwa Amanat Agung adalah suatu perintah yang diberikan kepada gereja lokal. Perintah itu tidak dimaksudkan untuk individu, atau untuk organisasi Kristen selain gereja lokal.

Ruang lingkup
Pertimbangan kedua adalah ruang lingkup Amanat Agung. Kita dituntut untuk memuridkan “semua bangsa”. Ini terutama mengacu pada kelompok etnis, dan bukan pada entitas politik, atau negara. Tentu saja, kita sering menemukan kelompok etnis tertentu yang terkonsentrasi di suatu negara tertentu, atau satu kelompok etnis yang tersebar di banyak negara. Perkara yang mau kita menyatakan adalah bahwa kita tidak harus terkeliru oleh penggunaan modern kata “bangsa-bangsa,” yang disamakan dengan “negara-negara.”

Bahasa Yunani asli untuk “bangsa-bangsa” adalah ta ethne, dari mana kita mendapatkan kata Inggris “ethnic” dan kata Indonesia “etnis”. Dalam Kisah Para Rasul 2:5, kita membaca tentang orang saleh yang datang “dari segala bangsa di bawah kolong langit”. Di sini, yang dimaksudkan adalah orang-orang Yahudi dan penganut agama yang datang dari daerah sekitar Yudea dan yang berbicara bahasa lain selain bahasa Ibrani. Pada saat lain, “bangsa-bangsa” diterjemahkan sebagai “orang bukan-Yahudi”, yaitu orang selain Yahudi. Dalam Kisah Para Rasul 13:46, misalnya, kita membaca bahwa Paulus dan Barnabas berkata, “memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain.” Orang-orang Yahudi menolak Injil, oleh itu Paulus dan Barnabas berpaling kepada orang bukan-Yahudi, atau “bangsa-bangsa.”

Untuk menjangkau “semua bangsa” akan memerlukan bepergian ke tempat-tempat lain. Seperti sudah disebutkan, kita dapat menemukan berbagai kelompok etnis di satu lokasi, dalam hal ini perjalanan tidak akan begitu jauh. Bagaimanapun, tumpuan Amanat Agung adalah bahwa orang di tempat lain harus dijangkau dengan Injil. Itulah sebabnya Amanat Agung, sebagaimana dicatat oleh Markus, berbunyi, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Dan adalah tercatat dalam Kisah Para Rasul 1:8, “Kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Orang Kristen di sepanjang zaman telah memahami hal ini. David Livingston menjelajah seluruh Afrika untuk menjangkau berbagai bangsa. William Carey menyeberangi lautan untuk menjangkau orang-orang India, dan menerjemahkan Alkitab ke dalam lebih dari tiga puluh bahasa. Tentunya, kita dapat melihat bahwa adalah tidak praktis untuk membawa semua yang percaya kembali ke gereja induk dari mana misionaris itu datang. Tuhan kita tidak berniat supaya orang yang percaya dari seluruh dunia dibawa ke gereja induk di Yerusalem!

Jika begitu halnya, apa yang harus kita melakukan untuk orang yang baru bertobat? Tentunya, kita tidak bisa membiarkan mereka mengambang tak tentu arah, tanpa gereja lokal untuk berteduh. Orang yang baru bertobat harus dikumpulkan menjadi gereja lokal. Ruang lingkup Amanat Agung membutuhkan penanaman gereja-gereja lokal.

Ketiga unsur
Ketiga, kita mempertimbangkan tiga unsur yang ditemukan dalam Amanat Agung – “pergilah”, “baptislah” dan “ajarlah”. Unsur pertama melibatkan bepergian ke dunia. Kita tidak menunggu pendengar mengalir ke gereja untuk mendengar Injil. Beberapa individu mungkin digerak oleh Allah dengan cara ajaibNya untuk datang ke gereja. Itu adalah pengecualian, bukan kelaziman. Kelazimannya adalah orang percaya perlu pergi kepada orang-orang di luar gereja dan mengundang mereka untuk datang mendengar, atau lebih baik lagi, membawa Injil kepada mereka. Itu adalah unsur pertama Amanat Agung, yang menentukan tugas yang perlu dilakukan. Ini bukan unsur satu-satunya, dan tidak harus dipisahkan dari unsur -unsur yang lain.

Banyak orang Kristen yang tulus dan bersemangat melihat hanya unsur pertama ini, yaitu supaya pergi ke dunia untuk menjadikan murid. Mereka akan pergi menyaksikan kepada orang lain dan merasa bahagia apabila pendengar mengakui percaya. Banyak dari mereka yang mengakui percaya sebenarnya belum bertobat – mereka bukan murid Kristus yang sejati. Sekadar membuat pengakuan percaya tidak bermaksud kepercayaan yang benar. Sekalipun orang Kristen ini berhati-hati untuk memastikan bahwa pendengarnya benar-benar bertobat, tidak ada lagi yang dilakukan selain mengajar para petobat baru untuk memelihara kerohanian pribadi. Amanat Agung, bagaimanapun, mensyaratkan bahwa para murid baru dibaptis, yang berarti memasukkan mereka ke dalam keanggotaan gereja lokal. Dalam situasi perintisan, para murid baru perlu membuat perjanjian bersama untuk menjadi sebuah gereja lokal baru supaya orang percaya selanjutnya dapat menjadi anggotanya, melalui baptisan.

Unsur ketiga dari Amanat Agung adalah untuk mengajarkan para murid baru supaya melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan. Mereka tidak hanya diajarkan hal dasar iman, tetapi “segala sesuatu yang diperintahkan”, yang berarti ajaran seluruh Alkitab. Hal ini dapat dilakukan hanya dalam konteks gereja lokal. Para petobat baru harus diberi pengajaran sistematis dan asuhan penggembalaan. Mereka harus “bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”, yang merupakan proses bertahap. Hal ini dapat terjadi dengan baik hanya dalam suasana keluarga rohani, yang merupakan gereja lokal.

Contoh rasuli
Keempat, kita harus mempertimbangkan contoh rasuli. Ini mungkin cara terbaik untuk mengyakinkan bahwa kita telah memahami Amanat Agung dengan betul.

Rasul Paulus diutus keluar dengan Barnabas oleh gereja di Antiokhia (Kis 13:1-3). Mereka pergi sekeliling untuk menjadikan murid dan mengumpulkan mereka menjadi gereja lokal. Dalam Kisah Para Rasul 14:23, kita diberitahu secara khusus bahwa mereka “menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu”. Untuk para rasul, gereja lokal bukanlah kumpulan longgar orang percaya, tetapi orang percaya yang terbentuk secara teratur, dan, sebaik-baiknya, memiliki penatua-penatua yang memimpin. Kita tahu bahwa Paulus terus melakukan hal yang sama dalam perjalanan misi berikutnya. Kita dapati dia bertemu dengan para penatua jemaat Efesus, dalam Kisah Para Rasul 20, yang ditanam sebelumnya, dalam perjalanan keduanya.

Bukan hanya Paulus dan rekan-rekannya melakukan hal ini, para rasul lainnya yang berada di Yerusalem juga menanam gereja. Dalam 1 Korintus 9:5 kita membaca kata-kata ini, “Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rausl-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas?” Di sini, Paulus sedang membela kerasulannya. Kita dapat tahu dari kata-katanya mengenai praktek gereja-gereja purba – gereja-gereja itu telah mengutuskan orang, yang diiringi istri mereka, untuk menanam gereja! Seperti mana rasul Paulus telah menjelajah untuk menanam gereja, begitulah yang dilakukan mereka yang berada di Yerusalem.

Hal ini ditegaskan oleh Kisah 9:31-32, “Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus. Pada waktu itu Petrus berjalan keliling mengadakan kunjungan ke mana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida.” Dua hal adalah jelas. Pertama, banyak gereja yang sudah didirikan di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria pada saat itu. Kedua, Petrus, dan orang-orang yang lain, ada kebiasaan membuat perjalanan untuk menanam gereja baru dan untuk memperkuatkan gereja yang sudah wujud.

Gereja-gereja purba
Kelima, kita mempertimbangkan contoh dari jemaat purba. Dari pokok perbincangan di atas, anda mungkin mendapat tanggapan bahwa hanya para rasul, dan gereja-gereja yang berkaitan dengan mereka, terlibat dalam penanaman gereja. Halnya bukan begitu, namun, para rasul tampaknya telah mengajar setiap gereja untuk terlibat dalam penanaman gereja juga. Hal ini mungkin tidak masuk akal bagi banyak orang, tetapi kita dapat membuktikannya dengan mudah. Pertama, kita melihat 1 Korintus 1:2, “Kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.” Siapakah “semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus”? Ini sering ditafsirkan sebagai “semua orang percaya di seluruh dunia”. Surat Paulus kepada jemaat di Korintus kemudian dianggap salah satu yang ditujukan kepada semua orang percaya di mana-mana. Meskipun ini suatu aplikasi yang sah dari ayat ini, adalah tidak mungkin itu niat asal rasul.

Seperti buku-buku lain dalam Alkitab, surat ini berasal dari latar belakang sejarah tertentu. Paulus sedang mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh jemaat Korintus – seperti sektarianisme, amoralitas, memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dan lain-lain. Adalah diketahui bahwa gereja-gereja di sesuatu daerah ada kebiasaan berbagi surat para rasul. Kita tahu bahwa gereja-gereja di Asia melakukan hal ini, karena kita membaca dalam Kolose 4:16 kata-kata ini, “Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara kamu, usahakanlah, supaya dibacakan juga di jemaat Laodikia dan supaya surat untuk Laodikia dibacakan juga kepadamu.” Tampaknya Paulus sedang melakukan hal itu ketika ia menulis kepada orang Kristen di Korintus. Dia ingin surat itu dibaca oleh orang percaya lainnya di wilayah Akhaya. Hal ini dijabarkan secara eksplisit dalam suratnya yang kedua. Kita baca dalam 2 Korintus 1:1, “Kepada jemaat Allah di Korintus dengan semua orang kudus di seluruh Akhaya.”

Hal ini menunjukkan bahwa jemaat di Korintus ada berhubungan dengan kelompok-kelompok orang percaya yang tersebar di wilayah Akhaya. Mereka ini mungkin orang percaya yang sering berkumpul untuk beribadah dan berdoa. Jemaat di Korintus tentu telah melakukan fungsi pengawasan pastoral atas kelompok-kelompok yang tersebar itu, sampai saat mereka dapat menjadi gereja yang mampu mandiri. Pengkhotbah tentu telah sering mengunjungi untuk berkhotbah, menasihati, atau setidaknya, untuk membaca surat-surat rasul kepada mereka.

Kami mempertimbangkan satu contoh lagi. Kisah 9:32 mengatakan, “Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan ke mana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida.” Beberapa ayat kemudian, kita menemukan kata-kata ini, dalam ayat 38, “Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: ‘Segeralah datang ke tempat kami.'” Dua jemaat itu, di Lida dan Yope, ada hubungan satu sama lain. Kita diberitahu sebelumnya, dalam ayat 31, “Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.” Jemaat-jemaat itu disebut sesuai dengan pengelompokan daerah. Dalam Galatia 1:2 kita membaca tentang “jemaat-jemaat di Galatia,” dan di Wahyu 1:4 kita membaca tentang “ketujuh jemaat yang di Asia”.

Apabila kita gabungkan semua informasi ini, gambaran yang muncul adalah suatu situasi yang sangat dinamis, namun teratur – di mana setiap gereja mempunyai cabang-cabang disekitar kawasan, pengkhotbah diutus untuk melayani kelompok-kelompok ini sampai mereka mampu menjadi gereja yang mandiri, dan mereka melanjutkan persekutuan satu sama lain sebagai kelompok gereja daerah. Gereja-gereja Perjanjian Baru benar-benar aktif dan lebih berpikiran-misi daripada yang disedari umum! Seperti tentara yang teratur – semut dalam sarang, atau lebah dalam sarang – masing-masing sibuk terlibat dalam penanaman gereja!

Gereja purba memahami Amanat Agung sebagai perintah kepada gereja lokal, untuk menanam gereja-gereja lokal.

Kesimpulan
Kita harus membuat beberapa kesimpulan. Pertama, kita harus berpikiran-misi. Hal ini membutuhkan kesediaan untuk pergi, keteguhan untuk memberitakan Injil saja, dan ketekunan dalam kerja itu sampai ada yang menjadi murid.

Kedua, kita harus mengakui kepentingan gereja lokal dalam recana Allah. Ini memerlukan pendirian gereja dengan mengumpulkan orang percaya yang telah dibaptis. Ini membutuhkan kejelasan tentang watak dan sifat-sifat gereja alkitabiah. Ini juga memerlukan reformasi terhadap gereja yang ada agar sesuai dengan ajaran Alkitab.

Ketiga, kita harus mengakui keunggulan firman Allah di dalam gereja. Ini memerlukan pembangunan iman semua anggota, melatih mereka untuk terlibat dalam pembangunan gereja, dan memperlengkapi mereka yang terpanggil untuk melayani penuh waktu dengan pengetahuan mendalam tentang Alkitab.

Semoga Allah membantu kita dalam pekerjaan mulia melaksanakan Amanat Agung!

 

Ke Atas