I2012/1 Doktrin Panggilan


I2012/1 Memulihkan Doktrin Panggilan

Versi Cetakan PDF

1. Pengantar
Alkitab berbicara tentang panggilan seseorang Kristen, dan juga panggilan seseorang pendeta.Panggilan untuk menjadi seorang Kristen adalah doktrin yang penting dengan sendirinya. Banyak orang Kristen tidak akan mempunyai masalah dengan ajaran ini meskipun, dalam prakteknya, hal ini sering ditentang. (Lihat Efes. 4:1, 4; 2 Tim. 1:9; 2 Pet. 1:10). Dalam prakteknya, hal ini sering dilanggar dalam dua cara: (i) dengan mengasumsikan bahwa semua anak yang lahir dari orang tua yang percaya adalah terselamat dan dianggap anggota gereja, (ii) dengan menerima persetujuan intelektual kepada Injil sebagai setara dengan panggilan mujarab Allah ke dalam kerajaan-Nya. Cara pertama adalah praktek gereja sakral dan paedobaptis, sedangkan yang kedua adalah karakteristik evangelikalisme modern yang memegang pandangan keselamatan Arminian.

Perhatian kita di sini adalah dengan panggilan untuk pelayanan Firman. Saat ini terdapat kuasa yang merusak doktrin ini sampai ia hampir dilupakan atau tidak dikenali di banyak gereja. Oleh karena  doktrin ini penting, maka perlu kita berusaha untuk memahami dan mengembalikannya ke tempat yang tepat.

2. Pemahaman tradisonal ajaran ini
2.1 Pandangan tradisional
Panggilan untuk pelayanan Firman adalah doktrin dari tradisi Reform dan Injili. Kita perhatikan pandangan beberapa orang utama.

Kita mulai dengan pandangan dua orang Anglikan. John Newton (1725-1807) mengatakan, “Tidak ada siapa melainkan dia yang mencipta dunia dapat manjadikan seorang Pelayan Injil… seorang Pendeta sejati harus memiliki prinsip-prinsip tertentu, motif, perasaan, dan tujuan, yang tiada ketekunan atau usaha manusia dapat memperoleh atau memberi. Mereka harus diberikan dari atas, atau mereka tidak dapat diterima.”1 Newton menyatakan bahwa tiga tanda panggilan untuk pelayanan adalah:2 (i) Suatu keinginan hangat dan sungguh-sungguh untuk digunakan dalam layanan ini, (ii) Beberapa kelengkapan yang mencukupi dari segi karunia, pengetahuan, dan pengucapan; (iii) Suatu pembukaan dari Pemeliharaan, melalui urutan keadaan yang menunjukkan cara, waktu, tempat, untuk benar-benar memasuki pekerjaan itu.

Charles Bridges (1794-1869), seorang Anglikan lagi, mencatatkan tiga karakteristik yang dibutuhkan pada mereka yang terpanggil:3 (i) karakter rohani, yaitu laki-laki yang suci, diajarkan Allah, ditahbiskan untuk Allah, memiliki tujuan yang terfokus, (ii) pencapaian rohani, yaitu laki-laki yang memiliki pandangan jelas dan komprehensif sistem doktrin Injili, dan (iii) Karunia rohani, yaitu orang-orang yang berkemampuan untuk memberi dan menerapkan apa yang telah disampaikan.

Kita pertimbangkan berikutnya pandangan seorang Presbyterian, yaitu Gardiner Spring (1785-1872). Spring bermula dengan menghuraikan tanggungjawap semua Kristen untuk memberitakan Firman Tuhan, dengan mengatakan,4 “Kewajiban pribadi setiap orang percaya sukar untuk dipersoal. Lapangan itu lebar sekali, dan terdapat banyak kesempatan untuk semua rekan Sang Penebus untuk bekerjasama dalam kerja yang mulia ini.” Dia selanjutnya menghuraikan tanggung jawab khusus seorang pelayan Injil, dengan mengatakan: “Walau pun ini adalah kebenaran yang tidak harus dilupakan atau disalahgunakan, adalah sama benar bahwa tidak ada orang Kristen pribadi yang diberikan kuasa untuk mengucapkan kebenaran Injil dalam nama Tuhan, dan sebagai duta yang ditugaskan. Dia mungkin dan harus berbicara bagi Allah dalam kapasitas pribadi; tetapi bukan sebagai pelayan Injil. Ketika dua negara berperang, kedua warga itu yang menetap di tanah musuh mungkin membuat tuntutan negara mereka dalam kapasitas pribadi; sedangkan sebagai duta mereka tiada otoritas, dan dalam kapasitas itu tidak memiliki wewenang untuk didengar. Dunia ini dalam perperangan dengan Allah; setiap rekan Allah dalam alam pemberontakan-Nya harus mengambil tindakan sebagai sahabat-Nya, dan dalam kapasitasnya sebagai warga pribadi dalam alam yang terbagi ini, menuntut orang supaya berhanti dalam pemberontakan mereka, dan berdamai dengan Tuhan mereka yang telah dilukai dan tersinggung; tetapi dia tidak diberi petunjuk untuk membuat sedemikian sebagai duta khusus Allah.”

Dari golongan Independen kita pertimbangkan CH Spurgeon (1834-1892), yang menguraikan panggilan untuk pelayanan dengan cara yang sama dengan orang lain pada zamannya. Spurgeon memberikan empat tanda untuk seseorang yang dipanggil untuk pelayanan: Pertama, harus ada keinginan yang sungguh-sungguh untuk pekerjaan itu. Keinginan ini harus satu yang dipertimbangkan dengan halus, dan bukan dorongan hanya saat itu. Keinginan ini harus sesuatu yang bukan untuk kepentingan diri, tetapi untuk kemuliaan Allah dan kebaikan jiwa-jiwa. Ia harus suatu keinginan yang tetap bahkan di bawah percobaan. Kedua, harus ada kecocokan untuk mengajar dan sifat-sifat lain yang mencukupi untuk jabatan ini. Sifat-sifat itu termasuk penilaian yang baik dan pengalaman yang kukuh, sopan santun dan kasih sayang, ketegasan dan keberanian, kelembutan dan simpati, kemampuan untuk memimpin, untuk bertahan dan bertekun. Ketiga, harus ada pekerjaan konversi yang terjadi di bawah usahanya. Jiwa harus telah dimenangkan kepada Kristus melalui usahanya. Keempat, khotbah anda harus dapat diterima oleh umat Allah. Gereja harus menyadari bahwa anda memiliki kualifikasi Alkitab untuk menjadi seorang pendeta. “Baca dengan hati-hati kualifikasi uskup, yang diberikan di 1 Tim. iii. 2-7, dan di Titus i. 6-9. Jika kurnia tersebut dan kasihkarunia itu tidak ada pada kamu dan berlimpah, anda mungkin berhasil sebagai seorang penginjil, tetapi anda tidak mungkin berhasil sebagai gembala.”5

Semua orang dari abad akhir ke-18-an dan ke-19-an tampaknya setuju tentang doktrin panggilan untuk pelayanan. Mereka juga mengungkapkan tanda-tanda panggilan dengan cara yang sama. Orang-orang Reformed dari abad ke-17 tampaknya lebih suka cara yang berbeda untuk mengungkapkan doktrin panggilan. Perbedaannya hanya dalam bentuk dan tidak dalam substansi. Pendeta Anglikan, Thomas Brooks (1608-1680), mengatakan, “Mengenai pendeta, saya mengerti salah satu yang memenuhi syarat menurut aturan Injil, dan yang dipanggil secara dalaman oleh Allah, dan dipanggil secara luaran oleh umat Allah, untuk jabatan kependetaan”.6 John Owen (1616-1683), seorang Independen paedobaptis (atau “Kongregasionalis”), mengungkapkan hal itu dalam cara yang mirip dengan Baptis Khusus abad ke-17-an.7, 8 Bagi mereka, panggilan untuk pelayanan terdiri dari dua aspek utama: panggilan dari Allah, dan panggilan dari gereja. Dengan lebih tepat, kita akan mengatakan bahwa dua aspek itu adalah: (i) panggilan Allah kepada individu, dan (ii) panggilan Allah melalui gereja. Allah memberi panggilan langsung ke individu dan juga melalui gereja. Mengenai panggilan dari Allah, terdapat keupayaan dari Roh untuk pelayanan dan pemberian karuniah yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan pelayanan. Mengenai panggilan dari gereja, ada dua langkah dasar, yaitu pemilihan dan pentahbisan.9 Gereja, di bawah bimbingan para penatua yang ada, menilai dan menerima laki-laki itu sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan dalam Alkitab, dalam 1 Timotius 3 dan Titus 1. Hercules Collins (meninggal 1702), seorang Baptis Khusus terkemuka waktu itu, mengatakan, “Sungguh pun benar sekali Roh Kudus menjadikan Manusia Pengawas Gereja, dan Karunia-karunia serta Kasihkarunia adalah daripada Kristus (yang disebut panggilan dalaman-Nya) namun ia harus memiliki Panggilan luaran dari Gereja, untuk mentahbiskannya untuk Jabatan”.10 Collins selanjutnya mengatakan, “Keupayaan dan Urapan Ilahi yang mungkin menjadikan seseorang itu Orang Percaya, namun tidak mencukupi untuk menjadikan dia seorang Pendeta. Roh Kudus… [terkena] menjadikan mereka Pendeta, dengan Kuasa Ilahi dari atas”.11 [Penekanan asli.]

2.2 Pembenaran alkitabiah untuk doktrin ini
Hampir semua ahli yang telah menulis tentang doktrin panggilan mengasumsikan bahwa panggilan untuk pelayanan Firman adalah sama untuk kedua pejabat, yang luar biasa dan yang biasa, dalam Alkitab. Meskipun pejabat luar biasa, yaitu rasul, nabi dan penginjil tidak lagi bersama dengan kita, pejabat biasa, yaitu gembala-pengajar, terus dalam pekerjaan membawa firman Allah kepada kita. Gembala-pengajar itu, yaitu pejabat biasa, tidak diberikan wahyu baru dari Allah, dan juga tidak melakukan tanda-tanda, keajaiban dan mukjizat untuk mengkonfirmasi pelayanan mereka (2 Kor. 12:12; Ibr. 2:3-4). Namun, karena mereka berbagi dalam panggilan yang sama untuk mewartakan firman Allah, panggilan mereka adalah yang pribadi dari Allah dengan memiliki karakteristik umum tertentu. Dengan alasan ini, panggilan para nabi dan rasul dapat diterap untuk panggilan gembala.

Gardiner Spring mengatakan ini mengenai gembala, “Mereka bukan orang yang terilham, tetapi yang berdosa dan dapat keliru, seperti orang yang lain; namun mereka mengucapkan kebenaran-Nya, bukan atas tanggung jawab sendiri, tetapi Allah;bukan atas nama sendiri, tetapi Dia; bukan untuk diri mereka, tetapi dari Dia; bukan sebagai manusia saja, tetapi sebagai pelayan terakreditasi Tuhan ilahi mereka yang mengutus mereka.”12 Untuk Spurgeon, gembala merasa ‘seperti rasul, bahwa mereka telah ‘menerima pelayanan itu’”. Dia mengibaratkan mereka dengan Yesaya, yang mendengar Tuhan bertanya, “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk kami?” dan menjawab dengan “Ini aku, utuslah aku”. Dia mengibaratkan mereka dengan Yeremia, yang menggambarkan panggilan-Nya demikian, “Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” Spurgeon selanjutnya menyamakan panggilan gembala dengan Yehezkiel (Yehezkiel 2:1-3; 3:1-4). Dia kemudian menambah, “Dalam zaman ini, keimaman adalah umum untuk semua orang kudus; tetapi untuk penubuatan, atau apa yang sama dengan itu, yaitu, digerakkan oleh Roh Kudus untuk menyerahkan diri sepenuhnya untuk mewartakan injil adalah, pada hakikatnya, suatu karunia dan panggilan segolongan orang yang agak kurang; dan tentunya mereka ini perlu yakin kebenaran kedudukan mereka seperti mana nabi-nabi; namun bagaimana dapat mereka membenarkan jabatan mereka kecuali dengan panggilan yang sama?”13

Orang-orang seperti Gardiner Spring dan CH Spurgeon adalah orang yang berpikiran. Mereka adalah orang-orang saleh yang hati nurani mereka terperangkap oleh Kitab Suci. Dalam hal yang berhubungan dengan kehidupan kita bersama Tuhan, kita tidak ingin memanggil sesiapa pun tuan kita. Namun, bodoh kita sekiranya menolak sekaligus konsensus pendapat orang-orang seperti itu tentang doktrin panggilan. Mereka semua beranggapan bahwa panggilan untuk pelayanan adalah satu dan sama. Apakah terdapat argumen pendukung yang meyakinkan yang belum diuraikan mereka secara eksplisit? Saat ini terdapat orang yang suka membuat perbedaan yang terlalu jelas diantara pejabat-pejabat luar biasa dengan yang biasa dalam Alkitab sehingga doktrin panggilan tradisional dipersoalkan. Seorang penulis modern yang tidak sepaham dengan para penulis yang lama berkata demikian, “Apakah gembala Perjanjian Baru benar-benar tergolong dalam tradisi para nabi dalam hal panggilan ilahi mereka? Apakah mereka benar-benar ditugaskan secara “pribadi”oleh Yesus Kristus untuk menjadi duta-Nya? Apakah ini berarti mereka menerima wahyu langsung seperti nabi menyangkut panggilan mereka? Apakah ini berarti bahwa cahaya muncul dari langit dan suara panggilan keluar seperti yang terjadi kepada Saulus dari Tarsus”?14

Sejalan dengan penulis yang lama, kita akan membenarkan penerapan panggilan untuk jabatan luarbiasa para nabi dan rasul pada jabatan biasa gembala-pengajar. Di sini, kita akan mencoba untuk menjelaskan secara lebih eksplisit prinsip-prinsip yang diasumsikan atau yang diisyaratkan oleh para penulis yang lebih lama. Apa prinsip-prinsip itu? Pertama, ada keutamaan firman Allah. Kebenaran ini mudah diterima oleh kebanyakan dari mereka yang menolak doktrin panggilan tradisional. Namun, kami ingin menekan supaya implikasi penuh prinsip ini diakui yaitu jika Firman Tuhan memiliki keunggulan dalam urusan-Nya dengan manusia, proklamasinya akan disertai dengan kehadiran Roh Kudus dengan ukuran lebih lengkap daripada yang ditemukan di tempat lain. Kami tentu berharap ada orang yang dipanggil khusus untuk memberitakan firman-Nya lebih dari proklamasi umum oleh orang lain dari umat-Nya. Jika para rasul dipanggil khusus untuk memberitakan Injil, begitu juga gembala hari ini (Galatia 2:9). Apa yang menandai rasul dalam jabatan mereka yang unik adalah penerimaan wahyu dari Tuhan, sedangkan apa yang umum di antara mereka dan semua gembala adalah pemberitaan Injil (Galatia 1:11-12). Tampaknya Spurgeon mengacu pada hal ini dalam kutipan di atas, “digerakkan oleh Roh Kudus untuk menyerahkan diri sepenuhnya untuk mewartakan injil adalah, pada hakikatnya, suatu karunia dan panggilan segolongan orang yang agak kurang; dan tentunya mereka ini perlu yakin kebenaran kedudukan mereka seperti mana nabi-nabi; namun bagaimana dapat mereka membenarkan jabatan mereka kecuali dengan panggilan yang sama?”

Kedua, terdapat contoh yang ditetapkan oleh Tuhan Yesus dan para rasul. Dalam kehidupan dan pelayanan Kristen, Tuhan kita menetapkan bagi kita contoh yang tertinggi. Dalam Yohanes 13:14-16, Dia berkata, “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.” Dalam Efesus 5:1-2, kita dapati,”Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga mengasihi kamu dan telah menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” Para rasul juga menetapkan contoh untuk kita. Paulus berkata dalam 1 Korintus 11:1, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” Dia mengatakan dalam Filipi 4:9, “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.” Dalam 1 Timotius 1:16, ia mengatakan, “Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepadaNya dan mendapat hidup yang kekal.” Sememangnya, kita harus mengambilkira juga contoh gereja purba dan individu yang saleh dalam Alkitab (1 Kor. 11:16;. Ibr. 13:7;. 1 Kor. 10:06; Rom. 15:4). John Owen mengatakan bahwa contoh rasuli “mempunyai kuasa penetapan ilahi”.15  Melainkan unik untuk individu atau keadaan berkenaan, contoh-contoh yang terdapat dalam Alkitab adalah wajib untuk kita. Panggilan para nabi ada unsur uniknya, yaitu penerimaan pernyataan, yang proklamasinya diiringi dengan tanda, keajaiban dan mukjizat (2 Kor. 12:12;. Ibr.2:3-4). Namun, terdapat unsur yang sama dengan panggilan gembala-pengajar, yaitu mereka dipercayakan memproklamasikan Firman Allah (Efe. 4:11 dst.).

Ketiga, terdapat kesinambungan pelayanan yang ditampilkan dalam transisi dari pejabat luar biasa kepada yang biasa. Perkara ketiga ini jangan dikelirukan dengan yang dulu itu, yaitu contoh-contoh yang betetapkan oleh Tuhan dan para rasul. Juga jangan dikelirukan dengan doktrin pergantian rasuli yang diajar oleh Gereja Katolik Roma. Apa yang kita katakan di sini adalah bahwa ada upaya sengaja untuk menunjukkan kontinuitas pelayanan Firman dari pelayan luar biasa kepada pelayan biasa. Bermula dari contoh agung kita Tuhan Yesus, kita dapati para rasul dilantik untuk melanjutkan kerja-Nya ketika Dia naik ke surga (Yohanes 14:25-26;. Mat. 28:18-20). Rasul Paulus mempersiapkan wakil-wakilnya, yaitu. Timotius dan Titus, untuk melanjutkan pekerjaan pelayanannya (1 Tim. 3:15;. 2 Tim. 2:2; Tit. 1:5). Timotius dan Titus adalah perwakilan rasul, atau penginjil, dalam arti kata formal. Jabatan penginjil itu adalah suatu yang luar biasa yang telah berhenti karena tidak ada petunjuk yang diberikan dalam Alkitab tentang bagaimana seseorang itu harus dipilih untuk mengisisnya (Eph. 4:11). Namun demikian, pekerjaan penginjil berlanjutan dengan gembala-pengajar yang terlibat dalam penanaman dan mendirikan gereja-gereja (2 Tim. 4:5).16 Timotius dan Titus terkena mempercayakan apa yang dipelajari dari rasul “kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” Timotius sendiri menerima pangilan pribadi dari Allah dan pangilan luaran dari gereja untuk pelayanan. Kita diberitahu dalam 1 Timotius 4:14, “Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.” Charles Bridges tampaknya mengenali tindakan sengaja menghubungkan pelayanan firman di antara pelayan-pelayan itu. Dia merujuk pada contoh Tuhan, kemudian kepada contoh-contoh para rasul, untuk mendapat petunjuk tentang pelayanan Kristen. Katanya, “Pelayanan Tuhan kita dibedakan oleh martabat Allah, dan simpati seorang manusia dan seorang saudara – dengan otoritas delegasi ditugaskan Bapa-Nya, namun dengan kerendahan hati seorang hamba … Memang, beberapa fitur karakter Pelayanannya memberikan standar yang paling akurat dari kualifikasi resmi kita, dan direktori eksplisit untuk setiap pelaksanaan jabatan kita, publik atau swasta … Suatu harta kaya instruksi akan ditemukan dalam perhatian teliti dari Kisah Para Rasul. Surat-surat juga akan memberikan sebuah potret lengkap dari karakter, tidak kurang dari sistem komprehensif dari doktrin, tentang Pelayanan Kristen. Perbedaan sifat dari Pelayanan St. Paul … mewujudkan keterangan berbagai dari petunjuk didaktiknya yang tak ternilai.”17

Keempat, terdapat penerapan utama Amanat Agung kepada pengkhotbah di gereja lokal. Amanat Agung berlaku bagi semua anggota gereja, tetapi lebih lagi kepada para pelayan Injil. Setiap perintah atau instruksi yang diberikan kepada para rasul, kecuali diindikasikan sebaliknya, dimaksudkan untuk gereja-gereja yang didirikan di hari kemudian. Suatu contoh adalah instruksi untuk menangani pelanggaran pribadi. Dalam Matius 18:17, kita diberitahu, “Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat.” Jemaat atau gereja sebagaimana yang ada setelah Pentakosta itu tidak ada ketika Tuhan memberikan instruksi ini. Jelaslah, instruksi kepada para rasul itu dimaksudkan untuk gereja-gereja lokal yang akan didirikan kemudian. Amanat Agung dari Matius 28:18-20 diberikan kepada kesebelas rasul, dan oleh karena itu dimaksudkan untuk gereja-gereja pada zaman selanjutnya. Gardiner Spring menguraikan panggilan untuk pelayanan berdasarkan Amanat Agung, dengan mengatakan, “Oleh itu, komisi itu adalah abadi; pelayanan yang sah pada setiap zaman bertindak di bawah kewenangannya, dan memiliki hak pada janji itu. Pelantikan mereka memang bukan dengan suara yang terdengar dari surga; juga tidak diiringi dengan kuasa-kuasa ajaib. Tetapi meskipun komisi itu hanyalah suatu yang tercatat, dan zaman mukjizat telahpun melewat, namun pelayanan Kristen itu benar-benar adalah ketetapan ilahi seperti yang terdapat pada keTujuh Puluh, atau pada ke sebelas orang rasul.”18

Kelima, terdapat ajaran eksplisit dari nas-nas Alkitab yang relevan, termasuk Ef. 4:11 ff; 1 Tim. 5:17, Rom. 10:14-16, dan Wahyu 01:20 ff. Dalam Efesus 4:11, gembala-pengajar disebutkan bersama-sama dengan pelayan yang luar biasa yaitu para rasul, nabi, dan penginjil. Ini adalah satu-satunya tempat dalam Perjanjian Baru di mana kata benda “gembala” digunakan. Ayat-ayat selanjutnya menunjukkan bahwa para pejabat memiliki kesamaan tanggung jawab mengajar firman Allah untuk membangun iman umat Allah. Gembala-pengajar berdiri di atas platform yang sama dengan pejabat lainnya dalam pelayanan Firman. Kita tidak perlu heran jika mereka semua menerima panggilan pribadi untuk pelayanan itu. Para pejabat yang luar biasa diberi kemampuan untuk melakukan mukjizat untuk mengkonfirmasikan wahyu yang diberikan kepada mereka, sedangkan pejabat biasa tidak diberikan karunia keajaiban karena mereka mengajar dari Firman Allah yang lengkap. Kedua-duanya 1 Timotius 5:17 dan Efesus 4:11 menunjukkan bahwa semua gembala adalah penatua, sementara tidak semua penatua adalah gembala. Terdapat penatua yang membantu gembala dalam pengawasan gereja tetapi tidak dipisahkan untuk pelayanan Firman dan doa secara sepenuh waktu. Roma 10:14-16 mengacu kepada orang-orang yang khusus dipisahkan menjadi pengkhotbah, meskipun penerapannya dapat diperluas ke semua orang Kristen. “Malaikat”, atau “utusan”, dalam Wahyu 1:20 dan dua bab yang berikutnya adalah referensi kepada pendeta-pendeta Injil.

Spurgeon ada mereferensi kepada ajaran-ajaran eksplisit ini. Katanya, ‘Tuan itu jangan dinafikan pemilihan alat-alat yang digunakan-Nya, namun Dia akan berkata demikian mengenai orang-orang tertentu seperti juga mengenai Saulus orang Tarsus, “Orang ini adalah alat pilihan bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain.” Kisah ix. 15. Ketika Tuhan kita naik lebih tinggi dari pada semua langit Dia memberikan karunia orang-orang yang dipisahkan untuk pelbagai kerja: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar” (Efesus iv 11.), dari mana adalah jelas bahwa sesetengah individu adalah, sebagai hasil kenaikan Tuhan kita, karunia kepada gereja untuk menjadi gembala; mereka diberikan Allah, dan oleh itu bukannya menaikan diri ke posisi mereka. Saudara-saudara, aku kira engkau suatu hari nanti akan dapat berbicara mengenai kawanan yang diberikan “karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi pengawas” (Kisah Para Rasul xx. 28), dan aku berdoa agar setiap orang dari anda dapat mengatakan seperti rasul kepada bangsa-bangsa lain, bahwa pelayanan anda tidak berasal dari manusia, bukan oleh manusia, tetapi bahwa kamu telah menerimanya dari Tuhan. Gal. i. 1.’19

Kita membuat kesimpulan sebelum melanjut. Lima alasan mengapa kita menganggap panggilan untuk pendeta mirip, bahkan sama, dengan panggilan para nabi dan rasul adalah: pertama, implikasi dari keutamaan firman Allah, kedua, contoh-contoh yang diberikan oleh Tuhan Yesus dan para rasul, ketiga, kesinambungan pelayanan yang ditampilkan dalam transisi dari pejabat luar biasa ke pejabat biasa, keempat, aplikasi utama dari Amanat Agung kepada pengkhotbah di gereja lokal, dan kelima, ajaran eksplisit nas-nas yang relevan dari Alkitab. Dengan lima argumen ini, kami berpendapat bahwa pendeta dipanggil untuk pelayanan firman dengan cara yang sama dengan para rasul dan nabi.

2.3 Ungkapan doktrin itu
Kita sekarang siap untuk mengungkap doktrin panggilan, bahkan secara ringkas, di sini. Menuruti penulis-penulis lama, kita akan membagi panggilan untuk pelayanan kepada dua aspek, yaitu. panggilan dari Allah, dan panggilan dari gereja. Panggilan dari Allah juga dikenal sebagai panggilan dalaman, dan panggilan dari gereja juga dikenal sebagai panggilan luaran. Mengenai panggilan dari Allah untuk individu, terdapat keupayaan yang diberikan oleh Roh untuk pelayanan dan pemberian karunia yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan pelayanan. Apakah petanda mengenai keupayaan dari Roh? Apakah karunia yang diperlukan untuk pekerjaan pelayanan? Menuruti John Owen, kita berkata bahwa pertama, harus ada pengetahuan, pemahaman, hikmat dan pengucapan untuk doa dan khotbah yang mencukupi. Kedua, harus ada kasih sayang dan cinta untuk domba-domba. Ketiga, harus ada tunjukan prihatin untuk seluruh kawanan, melalui doa, nasehat, teguran, penghiburan, dan pengajaran. Keempat, harus ada semangat untuk kemuliaan Allah. Kelima, harus ada kekudusan pribadi yang lebih dari orang lain. Dari segi intinya, ini adalah sama dengan kualifikasi yang didaftarkan oleh penulis-penulis yang menyusul seperti CH Spurgeon.

Selepas itu, terdapat panggilan dari gereja, yang terdiri dari dua langkah yaitu pemilihan dan penahbisan. Dengan bimbingan dari para penatua yang ada, jika ada, seluruh jemaat menilai dan menerima kesesuaian seseorang untuk menjadi seorang gembala berdasarkan kualifikasi yang dijabarkan dalam Alkitab, terutama 1 Timotius 3 dan Titus 1. Ini diikuti dengan pentahbisan oleh para penatua yang ada dengan puasa, doa dan penumpangan tangan.20, 21 Jika gereja belum ada penatua, bantuan pendeta atau penatua gereja-gereja lain itu harus dicari dalam proses pemilihan dan penahbisan.22 Banyak orang Kristen yang percaya pada doktrin panggilan lebih cenderung menekankan panggilan dalaman dari Allah dan kurang menekankan panggilan luaran dari gereja. Sememangnya, panggilan dalaman tidak harus diminimalkan. Owen mengatakan ini mengenai jabatan pergembalaan, “tidak bisa atau mungkin seseorang menyandang pejabat ini untuk diri, atau menjalankan tanggung jawabnya, yang khusus miliknya, bersama otoritas, tetapi dia yang dipanggil dan dipisahkan untuknya sesuai kehendak Kristus”.23 Namun, pentingnya panggilan luaran harus diperhatikan juga. Kata-kata Owen mengenai hal ini harus diperhatikan: “Siapapun yang mengambil untuk dirinya jabatan penggembalaan tanpa panggilan luaran yang sah, mengambil untuk dirinya kuasa dan otoritas tanpa izin ilahi, yang menjadi dasar kekacauan dan kekeliruan; menceburkan diri dalam suatu kepercayaan yang bertanggung jawab yang tidak diberikan kepadanya; tidak mendapat janji pertolongan atau upah untuk kerjanya, tetapi menjalankan kerja yang memusnahkan ketertipan gereja, dan oleh itu kewujudan gereja itu sendiri [penekanan asli]”.24

Kedua aspek dalaman dan luaran panggilan itu adalah penting karena, bersama-sama, mereka membentuk panggilan pelayanan Firman. Karunia rohani mungkin, dan harus, dilaksanakan untuk peneguhan gereja, tetapi kepemilikan karunia rohani tidak mengurniakan orang itu dengan kuasa jabatan. Tidak seorang pun dapat mengambil untuk dirinya jabatan gembala atau pendeta tanpa panggilan ilahi. Aturan ini berlaku dalam keadaan normal. John Owen mengatakan bahwa “kasus luar biasa disertai dengan garansi dalam diri mereka untuk tindakan dan tugas yang luar biasa.”25 Sebelum seseorang membenarkan tindakannya sebagai luar biasa, ia harus yakin bahwa keadaan memang luar biasa.

3. Pentingnya doktrin ini
Kita telah berusaha untuk membentuk dasar yang kuat bagi doktrin panggilan untuk pelayanan dengan mengacu pada Kitab Suci dan tulisan-tulisan mereka yang telah mendahului kita. Kita sekarang harus mempertimbangkan mengapa doktrin panggilan itu begitu penting. Tiga alasan akan dipertimbangkan di sini.

Pertama, panggilan itu penting untuk mempertahankan seseseorang dalam pelayanan. Penyangkalan diri dituntut dari seorang pendeta lebih dari orang-orang Kristen lainnya. Percobaan banyak terdapat dalam pelayanan. Jika tidak ada penganiayaan langsung dari musuh Injil, akan ada kesulitan besar dari umat Allah. Anda perlukan panggilan ilahi untuk memasuki pelayanan, dan anda perlukannya untuk berterusan dalam pelayanan. Spurgeon berkata tentang hal ini: “Kita harus merasa bahwa celakalah bagi kita jika kita tidak memberitakan Injil, firman Allah harus seperti api dalam tulang kita, kalau tidak, jika kita melakukan pelayanan, kita tidak akan bahagia di dalamnya, tidak akan mampu menanggung penyangkalan diri yang mengiringinya, dan kita tentu sedikit saja dapat membantu orang yang dilayani. Saya berbicara tentang penyangkalan diri; karena kerja seorang gembala sejati penuh dengannya, dan tanpa cinta kepada panggilannya dia akan segera menyerah, dan baik meninggalkan karena bosan, atau keluar darinya dengan ketidakpuasan …”26

Kedua, panggilan itu sangat penting untuk menjadi pelayanan itu dipenuhi Roh (1 Kor. 2:4-5, 13; 2 Kor. 5:13-14; Kisah 26:24-29). Tentu ada musim kekeringan yang dialami oleh pengkhotbah, tetapi kita inginkan pelayanan kita benar-benar diurapi Roh. Memberitakan firman Tuhan dan mengawasi kawanan dapat dilakukan hanya dari rasa tugas, tapi itu tidak akan diberkati oleh Allah untuk konversi jiwa dan pembangunan iman orang-orang kudus. Kita mengharapkan bahwa Allah, yang memanggil kita untuk pelayanan, akan memperlengkapi kita dengan pertolongan Roh Kudus yang berlimpah untuk melaksanakannya dengan baik. Orang yang tidak terpanggil hanya akan menyebabkan kerusakan pada gereja dan dirinya sendiri oleh karena berada di tempat bukan miliknya. Adalah lebih baik kalau orang itu melayani Tuhan denagn baik sebagai anggota tubuh Kristus. Karunia seseorang pendeta berbeda dari yang lain, tetapi semua yang dipanggil untuk pelayanan dapat mengharapkan buah dalam pekerjaan mereka, sama seperti apa yang dikatakan rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, “Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul. Sebab hidupmu dalam Tuhan adalah meterai dari kerasulanku.”(1 Kor. 9:2).

Ketiga, panggilan harus dituntut untuk mencegah dua ekstrem yaitu profesionalisme dan individualisme dari menginfeksi jabatan pendeta. Profesionalisme adalah mengejar sesuatu kegiatan untuk keuntungan atau mata pencarian. Profesionalisme melihatkan pelayanan Kristen hanya sebagai pekerjaan, yaitu sarana mencari nafkah. Panggilan ilahi ditiadakan dan seseorang hanya perlu dilatih untuk pekerjaan itu. Individualisme adalah kepercayaan pada kepentingan individu dan  kebaikan kemandirian dan kemerdekaan pribadi. Diterapkan pada pelayanan, itu adalah kepercayaan bahwa seseorang dapat mangaku diri seorang pendeta Injil, dan dapat membuat kerja pelayanan,  tanpa konfirmasi dari sesebuah gereja yang terdiri. Dia mungkin mengaku terdapat panggilan ilahi di mana panggilan luaran dari gereja ditiadakan. Hal ini sering terjadi dengan orang-orang yang mandiri secara finansial.

Mengapakah doktrin panggilan itu penting? Pertama, ia penting untuk memelihara orang yang benar-benar dipanggil dalam pelayanan ketika menghadapi percobaan. Kedua, ia penting karena tanpanya tidak akan ada kekuatan dan pengurapan dari Roh yang menghasilkan buah dalam pelayanan. Ketiga, ia penting karena ditolak oleh profesionalisme dan individualisme yang menginfeksi pelayanan Kristen.

4. Faktor-faktor yang merusak ajaran ini
4.1 Penyimpangan ajaran
Kita sekarang harus mempertimbangkan secara lebih spesifik kuasa-kuasa yang sedang bekerja untuk merusak doktrin panggilan. Faktor pertama yang perlu dipertimbangkan adalah berunsur  doktrin. Sudah lama, golongan Kristen Plymouth Brethren telah menekankan doktrin imaman semua orang percaya. Dengan mengisolasi doktrin itu dan memutlakkannya, konsep jabatan yang di tetapkan oleh Kristus dalam gereja diremehkan sedangkan penggunaan karunia-karunia ditekankan. Gereja-gereja Brethren bangga sebagai sebuah gerakan akar rumput di mana semua orang percaya terlibat dalam pelayanan. Organisasi dan struktur tidak disukai. Para penatua diangkat berdasarkan kemampuan orang-orang itu, sedangkan panggilan ke pelayanan Firman ditiadakan. Semua penatua adalah sama dalam kekuasaan dan otoritas, dan mereka semua berfungsi sebagai gembala. Jabatan spesifik pendeta Firman Allah ditolak.

Sebuah penyimpangan doktrinal yang sama mulai muncul di kalangan Baptis Reform dalam beberapa tahun kebelangkangan. Suatu pandangan kepenatuaan telah muncul yang mungkin disebut pandangan Kesetaraan Mutlak, di mana semua penatua dianggap gembala, dan semua gembala dianggap penatua. Mereka yang berpegang pada pandangan kepenatuaan ini, yang dipanggil mereka  Paritas Penatua, berada dalam posisi harus mengatakan bahwa semua penatua dipanggil untuk pelayanan Firman, atau menggugurkan doktrin panggilan sama sekali. Jika mereka memilih yang pertama, dan memahami panggilan untuk pelayanan dalam arti tradisional, mereka menghadapi kesulitan memberi sebab mengapa terdapat penatua yang kononnya terpanggil tetapi yang berpuas hanya menjadi penguasa di gereja, dan tidak pengkhotbah. Dan jika semua dari mereka adalah pengkhotbah, mengapa ada lebih dari satu di gereja yang sama ketika ada banyak jemaat yang membutuhkan seorang pendeta? Dalam upaya untuk mendamaikan ide kepenatuaan mereka dengan doktrin panggilan, doktrin panggilan telah diubah sehingga pemahaman panggilan tradisional ditolak, pada dasarnya, jika tidak pada kata.27 Pandangan kepenatuaan ini juga mempunyai efek jangka panjang merusak jabatan penatua penguasa.

4.2 Profesionalisme
Profesionalisme merupakan faktor kedua merusak doktrin panggilan. Seperti disebutkan sebelumnya, profesionalisme adalah ide memandang pelayanan sebagai sarana mencari nafkah. Tampaknya ini adalah masalah yang sudah ada sejak zaman para rasul (Roma 16:17-18; 2 Kor. 11:13-15). Ada guru-guru palsu dan rasul palsu yang berusaha untuk mencari nafkah dari gereja. Salah satu kualifikasi seorang penatua yang diberikan dalam 1 Timotius 3 adalah bahwa orang itu tidak boleh tamak akan uang. Di banyak tempat pada saat ini, ada orang-orang yang memasuki sekolah tinggi Alkitab untuk mendapatkan gelar hanya karena mereka tidak bisa mendapatkan tempat di pengajian tinggi lain untuk mengikuti kursus lain. Lainnya adalah putus sekolah dari pengajian tinggi dan universitas, atau kegagalan dalam pekerjaan lain, yang memilih untuk masuk ke dalam pelayanan sebagai sarana mudah mencari nafkah. Apa malapetaka yang terjadi dari beberapa orang ini! Hati mereka tidak berada dalam pekerjaan. Mereka hanya cukup bekerja untuk terus dibayar gaji mereka. Mereka belajar seni mencari dana dari gereja-gereja di luar negeri. Dengan berbagai kehalusan dan cara kurang ikhlas mereka mencari dana untuk proyek-proyek yang meragukan. Mereka tidak memiliki keyakinan pada mana-mana sistem doktrin. Mereka siap untuk bergabung dengan gereja atau denominasi lain jika gaji yang ditawarkan kepada mereka lebih baik dari yang sekarang.

Banyak penulis telah memberi peringatan terhadap profesionalisme dalam pelayanan. Pelayanan bukanlah tempat untuk mencari nafkah. Pelayanan bukanlah untuk putus sekolah dan orang yang gagal dalam pekerjaan lain. Spurgeon berbicara tentang hal ini dengan cara ini: “Seseorang yang akan berhasil sebagai seorang pengkhotbah mungkin akan melakukan dengan cukup baik sebagai pengusaha, atau pengacara, atau apa pun. Seorang pendeta yang bernilai akan dapat mencapai dengan baik dalam apa-apa pun.”28 Earnest Kevan, seorang pemimpin Injili dari abad ke-20, mengatakan, “Namun penting untuk diingat bahwa gagal dalam bisnis bukan merupakan kualifikasi untuk memasuki pelayanan! Ada beberapa orang yang, karena mereka telah membuat pekerjaan lain dengan buruk, merasa bahwa Tuhan telah memanggil mereka memasuki pelayanan. Anda dapat menganggapnya sebagai aturan yang cukup aman bahwa jika anda tidak baik dalam pekerjaan sekarang anda akan tidak baik dalam pelayanan.”29 Bukankah sesuatu yang signifikan bahwa mereka yang dipanggil untuk pelayanan dalam Alkitab adalah orang-orang yang sudah lunas dalam pekerjaan tertentu? Musa adalah seorang pangeran mulia dalam istana Firaun ketika pemeliharaan Allah membawanya untuk akhirnya menyerah pada panggilan-Nya (Keluaran 3:1 dst.). Elisa sedang sibuk membajak sawah ketika dipanggil untuk menjadi seorang nabi (1 Raja-raja 19:19 dst.). Amos adalah seorang pembiak domba yang sukses di Tekoa ketika ia dipanggil (Amos 1:1). Petrus dan Andreas, Yohanes dan Yakobus, adalah nelayan lunas pada saat dipanggil oleh Tuhan (Markus 1:16 dst.). Saulus adalah seorang Farisi bersemangat pada saat dipanggil oleh Tuhan. Panggilannya adalah untuk menjadi murid serta rasul (Kisah 9:1 dst.). Adalah menjadi aturan yang aman untuk hanya menerima klaim panggilan dari orang yang telah membuktikan dirinya dalam karier. Meskipun ada pengecualian, seperti dalam kasus Spurgeon, orang yang telah bekerja tidak kurang dari tiga tahun akan dapat berempati lebih baik dengan orang-orang yang harus menghadapi perjuangan dalam kehidupan kerja. Oleh karena kebimbangan kita untuk melihat lebih banyak orang menyerah diri untuk pelayanan Kristen penuh-waktu, kita harus berhati-hati untuk tidak mendorong dan menelurkan profesionalisme.

4.3 Individualisme
Faktor satu lagi yang merusak doktrin panggilan adalah individualisme. Hal ini memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara, tetapi semua cara ini menunjukkan karakteristik umum mengabaikan umat Allah dalam penentuan panggilan. Individu itu tahu yang terbaik, dan pendapatnyalah  menang! Dia mungkin memilih untuk berada dalam pekerjaan sekuler untuk mendapatkan uang sebanyak yang bisa supaya sampai waktu ia menjadi pekerja penuh waktu, ia tidak perlukan gereja mendukung dia. Namun, hal ini bertentangan dengan kehendak Tuhan, sebagaimana terungkap dalam Alkitab. Allah menghendaki hamba-Nya bergantung pada gereja untuk membekal kebutuhannya. Anggota gereja harus belajar untuk menyumbang kepada pekerjaan Tuhan, termasuk dukungan pendeta-pendeta. Terdapat orang lain yang bekerja sampai mereka pensiun sebelum menawarkan diri untuk pelayanan penuh waktu kepada Tuhan. Dikatakan mereka bahwa sekarang sudah pensiun dan memiliki lebih banyak waktu lapang. Tapi mengapakah Tuhan harus menerima sisa hidup kita dan bukan bagian terbaik dari hidup kita? Kelihatan orang-orang tersebut menginginkan yang terbaik dari kedua dunia – untuk mendapatkan sebanyak mungkin dalam karir sekuler, dan mungkin juga meninggalkan bekas mereka di sana, dan kemudian mencoba untuk mendapatkan hormat dari umat Allah sebagai seorang pendeta. Sekali lagi, orang tersebut akan mendapatkan semua yang mereka bisa di dunia, dan anak-anak mereka tentu telah besar, sehingga mereka sekarang memiliki tanggung jawab keluarga minimal. Karena mereka tidak tergantung pada gereja untuk hidup, mereka dapat menentukan semua hal dalam apa yang kononnya layanan Tuhan. Gereja akan menjadi didalam pemerasan individu semacam ini, yang biasanya adalah orang yang keras perangai.

Apakah tidak signifikan bahwa mereka yang banyak digunakan oleh Tuhan tidak hanya membuktikan diri dalam pekerjaan sekuler tertentu, namun juga dipanggil ke pelayanan ketika mereka masih muda? William Carey adalah tukang sepatu ketika ia menjawab panggilan Tuhan untuk menjadi misionaris. Hudson Taylor adalah magang dokter ketika ia dipanggil untuk berangkat ke China. Eric Liddell adalah lulusan universitas dan peraih medali emas Olimpiade yang menjawab panggilan untuk menjadi seorang misionaris. Almarhum Dr Martyn Lloyd-Jones memiliki karir medis menguntungkan didepannya ketika ia menjadi seorang pengkhotbah. Semua orang-orang ini berada di bawah umur tiga puluh tahun ketika mereka menjawab panggilan untuk pelayanan tersebut. Spurgeon menujukan pikirannya kepada pemuda ketika ia menulis dalam artikelnya “Panggilan untuk Pelayanan”: “Bagaimana mungkin seorang pemuda tahu apakah ia dipanggil atau tidak?”30 Adalah menjadi aturan aman untuk mengatakan bahwa kita harus sangat berhati-hati dan enggan menerima siapa saja yang mengaku terpanggil untuk pelayanan ketika ia lebih dari empat puluh tahun usianya, atau ketika ia pensiun dari karir sekuler. Seseorang yang berusia lebih dari empat puluh tahun mungkin sedang menghadapi kesulitan dalam pekerjaannya dan mencari pelayanan sebagai jalan keluar yang mudah. Seseorang yang pensiun mungkin ingin memberikan waktunya untuk berkhotbah, tetapi itu jangan dikelirukan dengan panggilan untuk pelayanan. Ia seharusnya bekerja dari gereja, di bawah pengawasan penatuanya. Gereja harus berhati-hati untuk tidak mendorong individualisme, apalagi berada di bawah cengkeramannya.

5. Kesimpulan
Kita telah menentukan doktrin panggilan dari pertimbangan alkitabiah dan teologis. Kita telah melihat bagaimana orang dari tradisi Injili dan Reform telah berpegang doktrin panggilan alkitabiah. Tiga faktor yang sedang merusak doktrin panggilan adalah penyimpangan doktrinal dari doktrin ini, profesionalisme dalam pelayanan, dan individualisme yang mengabaikan peran gereja. Ada baiknya kita mengikuti para penulis abad ke-17 dan awal ke-18 yang membentang doktrin panggilan sebagai terdiri dari dua aspek, yaitu panggilan dalaman untuk individu, dan panggilan luaran melalui gereja. Kedua aspek ini harus dilihat sebagai bagian penting dari keseluruhan, yang keduanya berasal dari Allah.

Kita telah melihat bahwa panggilan dalaman terdiri dari kemampuan Roh untuk pelayanan dan pemberian karunia yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan pelayanan. Mengikuti John Owen, kita seharusnya fokus pada indikasi obyektif panggilan dalaman, bukannya menimbangkan keinginan untuk pelayanan sebagai perasaan atau keyakinan batin belaka. Perasaan itu tentu ada, tetapi harus didasarkan pada indikasi obyektif kemampuan untuk menangani firman Allah, kemampuan untuk merawat jiwa, mempunyai prihatin terbukti bagi gereja dan umat Tuhan, semangat untuk kemuliaan Tuhan, dan kekudusan pribadi. Mengikuti John Owen lagi, kami akan memberikan perhatian yang cukup pada panggilan luaran di mana terdapat penyerahan kepada gereja dalam pemilihan dan penahbisan untuk pelayanan. Menegakkan ajaran panggilan yang alkitabiah dan tradisional itu adalah obat untuk pengikisan doktrin itu yang terlihat pada banyak kalangan pada saat ini.

Rujukan
1. Newton, J.  Works, Vol. V, p. 62.

2. Newton, J. 1960. Letters of John Newton. Banner of Truth. pp. 54-57.

3. Bridges, C. 1967. The Christian Ministry. Banner of Truth. pp. 24-31.

4. Spring, G. 1986. The Power of the Pulpit. Banner of Truth. pp. 64-65.

5. Spurgeon, CH. 1977. Lectures to My Students. Baker Book House. p. 30.

6. Brooks, T. 1980. Works, Vol. III. Banner of Truth. p. 223. 

7. Copson, SL. 1991. Association Life of the Particular Baptists of Northern England, 1699-1732. London: The Baptist Historical Society. 1991: 98-101.

8. Collins, H. 1702. The Temple Repair’d. London: William and Joseph Marshal. pp. 52-53.

9. Owen, J. 1976. Works, Vol. 16. Banner of Truth. pp. 49-54.

10. Collins, H. 1702. p. 58

11. Collins, H. 1702. p. 53

12. Spring, G. 1986. p. 70. 

13. Spurgeon, CH. 1977. pp. 19-20. 

14. Hufstetler, J. in In Defense of Parity, by Waldron, S. et al. 1997. Truth For Eternity Ministries. p. 130.

15. Owen, J. Works, Vol. 16. p. 197.

16.  Bridges, C. 1967. p. 25. 

17. Untuk diskusi tentang ini, lihat Poh, BS, 2000. The Keys of the Kingdom. p. 96.

18. Spring, G. 1986. p. 67. 

19. Spurgeon, C. 1977. p. 21.

20. Owen, J. 1976. Works, Vol. 16, p. 74;

21. 1689 Confession, Chapter 26:9.

22. Owen, J. 1976. Works, Vol. 16. pp. 55, 73.

23. Owen, J. Works, Vol. 16. p. 51.

24. Owen, J. Works, Vol. 16. p. 53. 

25. Owen, J. Works, Vol. 16. p. 54.

26. Spurgeon, CH. 1977. pp. 23-24.

27. Hufstetler, J. 1997. pp. 127-132.

28. Spurgeon, CH.1977. p. 36. 

29. Brown, P. 2012. Ernest Kevan: Leader in the Twentieth Century British Evangelicalism. Banner of Truth.  

30. Spurgeon, CH. 1977. p. 22.

~ ~ ~ ~ ~
Ke Atas

Catatan: Menunggu diterbitnya Alkitab yang menggunakan istilah “Tuhan” untuk “God” dan “Yamtuan” untuk “Lord”, kami menggunakan istilah yang sekarang.